Rabu, 10 Desember 2014

Menengok Keindahan Curug Silancur

Inilah pengalaman lebaran kemarin ketika saya datang ke Curug Silancur di desa Wadasmalang kecamatan Karangsambung Kebumen Jawa Tengah. Lokasinya sekitar 18 Km timur laut kota Kebumen. Tapi dari rumah saya sekitar 10 Km ke utara. Karena tak ada angkutan umum ke lokasi tersebut alhasil saya dan saudara saya, Roni, memutuskan untuk menggunakan sepeda motor agar bisa menjangkau ke lokasi tersebut. Aplagi ini adalah kali pertama saya kesana tapi tidak buat Roni. Dia sudah pernah berkunjung ke Curug Silancur beberapa tahun yang lalu bersama teman-teman yang lain. Atas dasar itulah ia sekaligus sebagai navigasi perjalanan kali ini.

Cuaca Kebumen pagi itu sangat cerah. Maklum saja musim kemarau masih setia dengan bulan Agustus kemarin. Karena tak ada persiapan dan rencana sama sekali sebelumnya, saya hanya membawa dua telefon genggam dan tongsis. Perjalanan dimulai dengan menuju titik pertama. Silahkan kalian gunakan titik tersebut sebagai 'navigasi' atau petunjuk jika kalian ingin mengunjungi Curug Silancur.

Titik pertama yaitu Pasar Indrakila atau Pasar krakal. Kita dipastikan lanjut ke utara menuju Desa Wadasmalang atau Plumbon. Selepas Pasar Krakal kemudian saya melewati jembatan yang berada di dekat Masjid Jerotengah dan setelahnya akan ditemui juga pertigaan. Saya mengambil jalan ke kiri pada pertigaan tersebut. Kemudian mengikuti jalan raya yang 'tersedia' karena tidak ada jalan lain yang bisa disebut jalan raya daripada jalan itu. Hingga akhirnya sampailah saya di Pasar Wadasmalang yang ditandai dengan tanjakan di depan pasarnya. Teruslah ke utara!

Stop! Anda sampai di Curug Silancur

Selepas Pasar Wadasmalang pemandangan alam semakin menakjubkan. Terasering sawah terlihat unik dan memanjakan mata. Pohon-pohon rimbun membatasi sepanjang jalan raya. Jalan terus berkelok dan menanjak membuat saya dan Roni harus waspada. Beberapa kali melewati tikungan akhirnya saya dan Roni sampai di 'pintu' masuk ke Curug Silancur. Setelah sejenak mematikan mesin sepeda motor lalu saya dengar suara guyuran air memecah keheningan hutan pinus dan melinjo kala itu. Roni pun mengatakan kalau curug tersebut berada di bawah jurang di kiri jalan raya. Tak sabar, saya segera merayap menuruni jalan setapak dengan kemiringan sangat terjal.

Namun Roni tak ikut dengan saya kebawah, karena ia harus menjaga sepeda motor di tepi jalan raya. Tak lama turun ke jurang saya sudah menemui jalan buntu. Padahal Roni sudah berpesan kepada saya untuk selalu mengambil arah ke kanan. Akan tetapi tetap saja saya bingung. 

Beruntunglah ada seorang nenek yang sedang mencari mlinjo. Kemudian beliau memberitahu saya kemana arah ke curug tersebut. Saya bisa mengira kedalaman jurang ini lebih dari 200 meter. Sangat melelahkan meski saya sudah terbiasa ke hutan.

Saya harus melewati semak belukar dan jalan yang becek karena mata air yang meluber kemana-mana. Hingga akhirnya saya melihat air yang mengucur deras dari ketinggian jurang. Semakin mendekat suara gemerujug air semakin bising. Hingga akhirnya saya bisa berada tepat di bawah Curug Silancur. Tak ada siaapun di tempat itu, hanya saya seorang saja.

Curug Silancur memiliki ketinggian sekira 30 meter dan sangat cantik. Saya yang sejak lama mengidam idamkan mengunjungi tempat ini akhirnya bisa menginjakann kaki di bawah Curug Silancur juga. Setelah puas mengambil beberapa gambar, pandangan saya tertuju pada serakan sampah sampah. Gamam,  saya berusaha memunguti sampah tersebut satu per satu. Jenis sampah plastik bekas makanan dan minuman, kaleng soda, bungkus roko dll menandakan jelas ini ulah wisatawan yang tidak bertanggungjawab.  Sayang sekali jika tempat secantik Curug Silancur ini dikotori dengan sampah. Bahkan beberapa sampah terlihat diselipkan dibawah batu breksi besar.


Sampah yang ditemui di Curug Silancur
"Saya mohon buat kalian jangan pernah membuang sampah sembarangan ditempat tersebut. Kalian bisa membawa kanton kresek dan kemudian dibawa pulang dan buang di tempat sampah yang pertama kalian temui. Sederhana sekali kan?''

Air yang mengucur deras dari Curug Silancur adalah aliran dari Sungai Kedungbener yang saya temui sepanjang perjalanan dari awal perjalanan. Sungai Kedungbener juga melintasi desa saya. Berbeda dengan di Desa Wadasmalang, Sungai Kedungbener di desa saya sudah lebar dan dipenuhi sedimen hasil erosi. Kembali ke Curug Silancur, air tersebut meluncur deras meski sedang kemarau sekalipun. Tak jarang beberapa aliran kecil juga merayapi tumpukan batu sedimen. Suasana sangat damai, asri, sejuk dan dingin pun sangat terasa di Curug Silancur. Setelah puas dengan keindahan Curug Silancur, saya pun bergegas untuk kembali pulang karna kasihan jika harus berlama-lama dibawah sementara Roni menunggu dijalan raya.


Sesampainya diatas atau jalan raya dimana saya memarkirkan sepeda motor, saya langsung mengajak Roni untuk bergegas pulang. Saat perjalanan pulang, saya menemuai sejumlah spot apik seperti lahan sawah yang berterasering cantik seperti sawah di Ubud (Bali). Tentu saja lengkap dengan ibu-ibu petani yang sedang beraktivitas. Padi yang hijau itu sangat menyegarkan mata. Sesekali saya mengucap kagum karena disaat wilayah hilir sedang kekeringan, di Desa Wadasmalang ini air justru masih melimpah merejeki para petani. Rasa haus yang mendera membuat saya dan Roni harus segera pulang. Perjalanan kali ini tak akan dilupakan.

Terasiring sawah yang cantik di Desa Wadasmalang
Potensi

Curug Silancur sangat berpotensi mengundang wisatwan lokal maupun luar daerah. Tempat ini bisa dipoles sedemkian rupa seperti (1) Pembangunan anak tangga dari jalan raya ke lokasi (2) Pembangunan jembatan untuk menyeberang ke sisi barat sungai, karena sisi timur sungai merupakan tebing (3) Pembangunan satu buah saung untuk beristirahat (4) pembangunan tempat parkir di pinggir jalan raya (5) Perbaikan jalan raya wadasmalang yang di beberapa titik terlihat amblas (6) Pemasangan petunjuk arah (7) Pembangunan loket (bsa berdekatan dengan lahan parkir) (8) Pembuatan saung/pos di sepanjang trek menuju lokasi (Karena perjalanan cukup melelahkan) (9) Menyediakan tempat sampah  (10) Yang pasti jangan banyak merubah komposisi asli dari wilayah tersebut (11) Penjagaan daerah resapan air harus diperhatikan agar debit air selalu terjaga. Kunci utama wisata air terjun adalah air. Jadi diharapkan hutan kawasan hulu bisa dijaga kelestariannya.