Jumat, 07 Agustus 2015

Dampak El Nino di Kalirancang, Kemarau Terpanjang

Kondisi S. Kedungbener di ujung kemarau 2015 (Photo : Hani)
KEBUMEN - El Nino adalah suatu gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut (sea surface temperature-SST) di samudra Pasifik sekitar equator (equatorial pacific) khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru). Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung, maka penyimpangan kondisi laut ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada akhirnya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim.

Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia (pasifik equator bagian barat) umumnya hangat dan karenanya proses penguapan mudah terjadi dan awan-awan hujan mudah terbentuk. Namun ketika fenomena el-nino terjadi, saat suhu permukaan laut di pasifik equator bagian tengah dan timur menghangat, justru perairan sekitar Indonesia umumnya mengalami penurunan suhu (menyimpang dari biasanya). Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia. (Read more: Sumber BMKG)

Dalam kata lain adalah kemarau yang berkepanjangan. Desa saya yakni Desa Kalirancang Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Kemarau mulai melanda sejak Juni 2015 namun curah hujan sudah turun bahkan tidak ada terhitung sejak bulan Mei 2015. Tak seperti musim kemarau sebelumnya, kemarau tahun ini sangat ''mendadak''. Tahun lalu ketika dalam peralihan musim masih ada curah hujan meski kecil namun berangsur-angsur. Namun tahun ini hujan seketika hilang. Padahal saat itu intensitas hujan terakhir masih dalam intensitas sedang-lebat.

Sudah tiga bulan hujan tak turun membuat tanah dan tanaman kering. Air menguap lebih cepat. Bukit-bukit yang biasanya hijau kini terlihat merah (merangas). Air sungai dan sumur-sumur warga desa mengering. Sungai kecil di lembah dusun saya pun kini hanya meninggalkan kubangan bercampur daun jati yang gugur. Air mengalir pelan dan lirih. Mata air di sepanjang dinding sungai ikut mengering tak tersisa.  Meski demikian kekeringan di dusun saya ini belum sampai berstatus darurat kekeringan yang harus dipasok air bersih oleh pemerintah. 

Sumur yang mulai mengering memaksa warga untuk mencari sumber air. Beruntung ada satu sumur yang berada di tepi sungai kecil yang masih menyimpan air dan memiliki sumber mata air yang banyak. Sumur kecil yang kemudian diperbesar dari dana pemerintah (Pansimas) ini pun menjadi oase bagi warga sekitar saat kemarau.  Itupun kadang harus ngantre atau malah berebut mengambil airnya. Sementara itu warga lain yang lebih dekat ke Sungai Kedungbener (sungai besar) ramai membuat sumur kecil dengan menggali dasar sungai. Warga menyebutnya dengan sebutan belik.

Ya, Sungai Kedungbener yang kita kenal langganan banjir di musim penghujan seperti biasa akan menyusut drastis meninggalkan aliran tak sampai satu meter. Itu pun dipenuhi lumut dan daun daun kering. Namun kini aliran Sungai Kedungbener kering kerontang bak proyek jalan tol! Dan hal tersebut sangat langka terjadi. Sementara area yang kering dimanfaatkan warga untuk menanam ubi jalar dan sayuran lainnya. Ya mereka bisa mengambil hikmah dari siklus tahunan ini. Sementara itu kemarau membuat sawah tadah hujan mengering, sehingga petani memilih untuk memanen dini padi mereka. Ya setidaknya untuk menekan gagal panen sekaligus menyiapkan pangan untuk musim paceklik tiga bulan mendatang.

Sementara itu kekeringan di perbukitan membuat daun daun berguguran berserak di lantai hutan. Rumput dan daun yang menghijau menyusahkan warga mencari pakan kambing mereka. Mereka harus berjalan sekira 3 Km dengan naik turun bukit terjal. kalau sudah begini kebakaran hutan akan terjadi. Hal ini merupakan kejadian acapkali kemarau datang. Entah bersumber dari mana kebakaran hutan di Bukit Pagergeong dan Pagerijo sering terjadi. 

Namun bagi warga Desa Sawangan terutama Dusun Jasman, Kekeringan tak begitu diarasakan. Pasalnya mereka mengambil air dari mata air alami di hutan pada lereng perbukitan Pagergeong. Mereka menggunakan selang untuk menyalurkan air ke rumah mereka sepanjang tahun. Biasanya mata air ini berada di bawah pohon besar, diantara celah batu andesit raksasa dan di cekungan sisa sungai. Airnya teramat jenih dan sangat segar. Namun harus diakui bahwa mata air tersebut jauh berkurang seiring degradasi hutan yang serampangan. 

Maka dari itu kita harus menjaga hutan agar tetap rindang dengan pepohonan. Karena apa? Hutan ini  sebagai media menyimpan air profesional :D

Sabtu, 01 Agustus 2015

Terbang Bersama CRJ1000 Garuda Indonesia


Sumber: Suluttoday.com
Hallo, ketemu lagi kita di blog sederhana saya ini. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya mudik ke kampung halaman saya. Bukan perjalanannya namun jenis moda transportasinya. Saya pakai jet pribadi. Bukan, dalam perjalanan tahun ini saya memilih penerbangan sore hari. Saya pulang alias mudik dari Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan ke Bandara Udara Adi Sucipto Yogyakarta dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia.

Kali ini saya bersama dua saudara saya menunggangi Garuda Indonesia dengan pesawat yang menurut saya keren. Bentuknya langsing, panjang, kecil namun nyaman. Ya, siapa lagi kalau bukan Bombardier CRJ1000 NextGen nya Garuda Indonesia. Berangakat dari Balikpapan pukul 16.40 WITA dengan nomor penerbangan GA-664 ini (Tahun 2016 terjadwal terbang Pukul 12.30 WITA) . Dari terminal bandara saya yang sebelumnya belum ''ngeh'' atau tahu pesawat kaya apa yang bakal dinaiki meski sempat dibuat aneh dengan jumlah penumpang yang menunggu di waiting room.

''Sedikit sekali,'' gumamku.


Ruang check in Bandara 

Tak lebih dari 100 kepala saat itu. Hingga akhirnya kami digiring untuk segera menaiki pesawat. Dan tak seperti pada umumnya saya dan penumpang lain (kami) tak menggunakan garbarata. Kami menggunakan tangga, turun hingga bawah gate kemudian diantar menggunakan bus menuju area parkir pesawat tersebut.

Jreng, jreng...... (norak). Pesawatnya pun menunjukan wujudnya. Pesawatnya berbadan ramping panjang dengan kapasitas 96 tempat duduk, dengan rincian 12 kursi kelas eksekutif dan 84 kursi kelas ekonomi. Bahkan tangga naiknya tak lebih dari 8 anak tangga. Wah, exicited sekali saya kali ini berkesempatan naik pesawat ini. Saya kemudian masuk dan mendapati tinggi cabin yang lebih pendek (kalau bule yang naik bakal nunduk nunduk kayakne). Bagasi cabin juga tak selebar biasanya sehingga biasaan penumpang lokal yang bawa koper segede gaban bakal susah masuk.

Namun tenang, mbak-mabak cantik siap mengambil alih barang-barang yang tak muat untuk diatruh di bagasi bawah. Sehingga saat turun nanti penumpang langsung bisa nemu tuh barang bawaannya yang segede gaban.

Kabin
Di dalamnya tersedia dua baris tempat duduk dengan dua tempat duduk dimasing-masing barisnya. Cukup lapang bagi saya dan yang paling saya suka interiornya bersih, pokoknya nyaman deh. Saat lepas landas, diatas dan mendarat pun tetap lancar jaya tak ada kendara. Pesawat ini juga lebih anteng (gak berisik) seperti pesawat lainnya. Meski kecil tapi kecepatannya tetap gak kalah dari pesawat lainnya juga.

Selama penerbangan itu kami tetap terima makanan. Saat itu kan puasa, nah bagi yang berpuasa disediakan pula untuk dibawa kerumah. Secara keseluruhan saya suka naik GA-664 dan rencananya dalam waktu dekat atau malah akan menggunakan pesawat ini tiap mudik. Sedikit mengenai pesawat ini:

36.000 feet
''Pesawat CRJ 1000 NextGen ini merupakan produk dari perusahaan Boombardier. Bombardier adalah perusahaan Kanada yang bergerak dalam bidang produksi alat dan perlengkapan transportasi, mulai dari pesawat komersial, jet, serta berbagai perlengkapan transportasi lain. Bombardier Commercial Aircraft, salah satu unit bisnis dari Bombardier Inc adalah produsen pesawat berkapasitas hingga 145 penumpang, dengan tingkat efektivitas opersional tertinggi di kelasnya.

Produk-produk Bombardier antara lain CRJ NextGen family, NextGen Q400, pesawat jet C-series, dan pesawat-pesawat berkapasitas 100-149 kursi (single aisle). Pesawat CRJ 1000 NextGen mulai dipasarkan pada 2010 dan terkenal dengan kehandalan, biaya operasional dan konsumsi bahan bakar yang efisien, dan kapasitas penumpang yang optimal. Efisiensi bahan bakar ini juga membuat pesawat CRJ 1000 NextGen berhasil mengurangi dampak pencemaran lingkungan secara signifikan.

Tampilan dan desain pesawat CRJ 1000 NextGen memiliki interior yang nyaman bagi penumpang karena dilengkapi dengan desain baru yang lebih menarik pada jendela dan panel langit-langit pesawat serta sistim pencahayaan kabin dengan teknologi lebih baik''

Garuda Indonesia, Experience.......