Kamis, 13 April 2017

Sungai Karangmumus dan Waduk Benanga

SKM di hilir (Kaltim Post)
Artikel kali ini bermula ketika saya tiba di Samarinda lima tahun lalu. Tepatnya saat melintas diatas Jembatan Sei Dama dimana dibawahnya terdapat sebuahsungai. ''Ihhh jorok sekali airnya hitam begini, gak jauh beda dengan sungai-sungai di Jakarta,'' gumamku sembari si supir mengatakan kalau ini Sungai Karang Mumus atau dikenal dengan sebutan SKM. Sungai Karang Mumus sangat memperihatinkan karena kondisinya yang sangat kotor terlebih saat surut, akan banyak sampah berikut endapan dibawahnya begitu jelas. Saat itu masih ada sebuah langgar dan bangunan kumuh ditepinya tapi sekarang dengan sadarnya sejumlah pihak menyelamatkan sungai ini kedua tempat tersebut digusur, langgar direlokasi dan dibangun barudi sisi selatan jembatan.

Sungai Karang Mumus merupakan salah satu anak Sungai Mahakam. Panjangnya sekira lebih dari 47,48 Km. Hulu sungai ini belum banyak yang tau pasti. Tidak mudah mencari alur sungai dihulu Karangmumus karena beberapa daerah masih berupa rawa-rawa. Saya pribadi setelah mencari informasi sesuai sejumlah data berupa peta geologi/sungai/dll serta fakta lapangan bahwa di hulu Sungai Karang Mumus ada beberapa cabang sungai. Namun yang mana sungai induk Karang Mumus?


SKM di Lempake
Sepihak saya lebih merujuk pada sungai yang memotong jalan Samarinda-Bontang tepatnya di samping tugu batas Samarinda-Muara Badak. Ujung sungai tersebut berada di Bukit Simpanghandakbontang yang menjadi batas alamiah Desa Batu-batu dan Kelurahan Tanah Datar di Kecamatan Muara Badak. Bukit ini juga dilintasi jalan yang menghubungkan Muara Badak dengan jalan Samarinda-Bontang. Sehingga bisa dikatakan hulu Sungai Karang Mumus berada di Desa Tanah Datar, Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara! Dan rencanaya juga di kelurahan  inilah Waduk Karang Mumus rencananya akan dibangun dengan mengandalkan pertemuan dua sungai kecil.

Sungai Karang Mumus mempunyai beberapa anak sungai gaes. Yang paling besar adalah Sungai Pampang Kiri dan yang paling kecil adalah Sungai Jelawat. Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus seluas 321,574 Km2 dengan dua sub-DAS yaitu Karang Mumus dan Lempake. Anak sungai SKM yaitu Sungai Pampang Kanan, Sungai Pampang Kiri, Sungai Badak Mekar (Gak tau nama aslinya), Sungai Tanah Datar (Gak tau nama aslinya), Sungai Karang Mumus Ilir, Sungai Siring, Sungai Lobangputang, Sungai Lantung, Sungai Bayur, Sungai Muang, Sungai Binanga, Sungai Linggai, Sungai Mugirejo, Sungai Selindung, Sungai Lempake, Sungai Bengkuring, Sungai Gunungkelua, Sungai Pinang, dan Sungai Jelawat.

Waduk Benanga
Waduk Benanga atau Bendungan Lempake dibangun tahun 1978. Waduk ini berada di DAS Lempake ditengah aliran Sungai Karangmumus 15 Km menjelang muara. Sungai-sungai utama yang memasok air ke waduk ini adalah Sungai Karang Mumus (Termasuk Pampang Kiri), Lubangputang, Selindung dan Binanga. Saat ini Waduk Benanga menjadi satu-satunya pengendali banjir di Sungai Karangmumus. Secara administratif ada di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara.

Luas Waduk Benanga yaitu 387,10 Ha dengan kedalaman air 1-2 meter. Dimana 374,10 Ha-nya tertutup gulma. Selain sebagai pengendali banjir, waduk ini juga sebagai penyedia kebutuhan irigasi bagi lahan seluas 350 Ha di Kota Samarinda. Dahulu bendungan ini merupakan sebuah bendung saja namun karena tampungan airnya yang cukup besar dinaikan statusnya menjadi Bendungan. Menurut data Konsultan Sumber Daya Air (SDA) Pekerjaan Umum (PU) Kaltim, Bendungan dengan panjang 180 meter ini awalnya bisa menampung 1,3-1,4 juta meter kubik air namun pada 2015 hanya bisa menampung air 560 meter kubik air saja. Luar Biasa! (Sumber: Pro Kalitim). Waduk Benanga pernah jebol di Bulan Agustus Tahun 1998. Akibatnya Kota Samarinda alami banjir terparah saat itu. Tinggi banjir bahkan sampai atap rumah penduduk. beberapa sumber menyebutkan 4 orang tewas akibat dampak banjir tertebut. Untuk tak mengulangi kejadian tersebut pihak berwenang melakukan perbaikan berkala sepeti pada 2009 dan 2013.

Luapan SKM April 2017
Luapan Sungai Karang Mumus pun kerap terjadi terlebih kini Waduk Benanga tak mampu diandalkan lagi menyusul daya tampungnya yang menurun. Akibatnya jika curah hujan tinggi, gelontoran air ke hilir langsung menuju Sungai Karang Mumus. Ditambah kondisi fisik/daya tampung Sungai Karang Mumus yang juga ikut menyusut karena hilangnya jalur hijau dan sempitnya badan sungai akibat pembangunan. Banjir yang menggenangi permukiman tak bisa dihindarkan. Permukiman yang seharusnya menjadi jalur hijau dan jalan air itu mau tak mau harus banjir. Permukiman ditinggal dan bak kampung mati. Secara alamiah banjir SKM akan menggenangi rawa-rawa disekitar alurnya, seperti dulu karena wilayah ini memang dahulunya adalah Rawa-rawa. Namun, yasudahlah......

Baru-baru ini, April 2017 akibat hujan deras setiap malam berturut-turut banjir parah kembali terjadi akibat luapan SKM. Menurut sejumlah media menyebutkan 2.200 rumah terendam banjir berhari-hari. Wilayah yang terendam adalah wilayah yang berada dekat dengan alur SKM. Terparah berada di Bengkuring dan Gunung Linggai. Bahkan beberapa kabar meresahkan warga yaitu pintu air Bendungan Lempake dibuka, namun kabar tersebut dimentahkan petugas berwenang. Pada 5 April 2017 pos pemantau hujan Temindung mencatat curah hujan 56 milimeter dalam waktu 5 jam! Sehingga tergolong tinggi. Curah hujan kemudian berangsur turun hari berikutnya. Karena itu juga Bendungan Lempake sempat menyentuh level siaga III.

Jika diamati banjir yang kerap terjadi akibata luapan SKM ini dapat diketahui lokasinya yang selalu menggenang wilayah di bagain tengah DAS SKM hilir tepatnya diantara Waduk Benanga hingga Pasar Segiri. Lebar SKM sangat sempit dibelakang Pasar Segiri karena rumah-rumah berhimpitan bahkan sampai nangkring diatas sungai. Bahkan sampai ke Jembatan Jl. Lambung Mangkurat.

Titik ini disinyalir sebagai biang lamanya banjir surut karena output menuju Sungai Mahakam yang tidak lancar. Kadang mau tak mau air harus mencari jalan dengan menggenangi wilayah sekitar Jl, Hasan Basri/ wilayah timur alur sungai lantaran di depan Pasar Segiri terdapat bukit kecil.

Menurut saya solusi mengatasi banjir SKM adalah menormalisasi/ melebarkan SKM terutama dibagian tengah. Rumah-rumah direlokasi serta pengerukan sedimentasi SKM dan Waduk Benanga yang sudah gila-gilaan itu agar bisa lebih banyak menampung air. Pembangunan dua bendungan dihulu seperti rekomendadi pusat, masing-masing di Sungai SKM Hulu dan Sungai Pampang Kiri bisa menjadi solusi sepertinya untuk menahan laju air ke hilir/ Waduk Benanga. Kalau banjir diluar SKM ya warganya harus jangan buang sampah sembarangan dan harus rajin bersihkan parit. Itu menurut saya pribadi ya hihihihihihi 👽👽👽👽👽

Sekian sok tau sok tau nya kali ini...............