Full, tinggi loh |
Ohya mohon maaf sebelumnya kalau foto yang terpampang menggangu tidak sedap dipandang mata karena saya gak bisa cara foto yang baik dan benar sesuai peraturan perfotografian (bilang aja lokasinya sulit buat ambil foto full karena saking tingginya air terjun). Nah maka dari itu kalian yang suka jepret dengan teknik mahadewa bisa lah ya nanti di up ini curugnya.
Satu lagi soal curug ini adalah keterlibatan mahasiswa KKN salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) islam di Kebumen tahun ajaran 2015/2016 yang baik hati membuatkan petunjuk arah di tepi jalan raya Karanggayam-Karanganyar jadi pengunjung tidak akan kebingungan/ kebabalasan. Terima kasih kakak-kakak ketjeh yang saya lupa itu dari PTS mana, kalau kalian merasa, coret-coretlah dibawah ya kak :D
Rute
Saya bersama saudara say, Roni, menunggangi sepeda motor menelusuri jalan nasional 3 ruas Kebumen - Karanganyar. Dari arah Kebumen Kota/ Sruweng/ Yogyakarta/ Purworejo sesaat sampai di pusat Kota Kecamatan Karanganyar akan menemui perempatan dengan papan petunjuk jalan dengan rincian lurus ke Jakarta atau belok kanan ke KARANGGAYAM. Nah, disitu saya ambil kanan atau menuju Jl. Ampera. Kemudian terdapat palang perlintasan KA di timur Stasiun Karanganyar. Setelah itu saya mengikuti jalan lurus dengan mengabaikan banyaknya perempatan nan ramai yang ada disana.
Saya bersama saudara say, Roni, menunggangi sepeda motor menelusuri jalan nasional 3 ruas Kebumen - Karanganyar. Dari arah Kebumen Kota/ Sruweng/ Yogyakarta/ Purworejo sesaat sampai di pusat Kota Kecamatan Karanganyar akan menemui perempatan dengan papan petunjuk jalan dengan rincian lurus ke Jakarta atau belok kanan ke KARANGGAYAM. Nah, disitu saya ambil kanan atau menuju Jl. Ampera. Kemudian terdapat palang perlintasan KA di timur Stasiun Karanganyar. Setelah itu saya mengikuti jalan lurus dengan mengabaikan banyaknya perempatan nan ramai yang ada disana.
Hanya 8 menit dari Karanganyar broh! |
Saya kemudian turun dan bingung karena petunjuk tersebut menunjuk ke gang dengan jalan menanjak hebat di kiri jalan. Bingung, saya akhirnya bertanya kepada papa muda yg sedang menggendong anaknya di depan rumah dengan seoarang wanita (tetangga).
Saya: Permisi. Mbak Curugnya masih jauh tidak?
Mbaknya: Masih jauh mas
Saya: Ada sekilo tidak?
Mbaknya: Gak ada kok
Saya: Motor bisa naik keatas gak pak?
Papa Muda: Bisa, tapi licin mas.
Saya: Kalau nitip disini boleh gak pak kira kira?
Papa Muda: Boleh mas, sini saja
Dibawah air terjun, hati2 Licin bro |
Jreng..... akhirnya saya bisa mengunjungi Curug Kaliterus. Curug ini saya ekspektasikan tidak tinggi namun setelah saya melihat dengan mata telanjang bulat saya ternayata tinggi sekira 30 meter. Formasinya apik karena air benar benar terjun bukan merayap di dinding batu. Airnya tidak terlalu deras sehingga bak air hujan kala sesaat menyentuh dasar. Dibawahnya tidak ada kolam hanya batuan yang sebagian sudah ambles. Uniknya tebing batu dibagian tengah cenderung menjorok ke dalam serta berwarna coklat kekuning kuningan. Disekelilingnya ditumbuhi tanaman yang hijau. Sungguh kombinasi yang sangat indah.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa |
Curug Kaliterus ini berada di aliran sungai yang kecil. Bahkan sungai ini tak terdeteksi oleh google map. Sungai kecil ini berhulu di Bukit Tutukan serta hanya melewati persawahan dan beberapa rumah warga sehingg tak banyak sampah yang terbwa arus sungai. Namun karena memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sangat kecil maka curug ini hanya sedap dipandang saat musim penghujan saja, bahkan sesaat setelah hujan. Hal itu karena airnya yg akan melimpah berbeda saat kemarau yang akan kering kerontang. Oke gaes, begitulah sedikit cerita saya saat berkunjung ke Curug Kaliterus. Salam.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar