Pantai Watu Bale |
Secara geografis pantai ini merupakan masih satu garis pantai dengan Pantai Pasir. Hanya saya terbelah oleh sungai. Kali ini saya ke Pantai Watu Bale bersama Wulan dan Ras. Dua sahabat gila saya yang mau saya ajak jalan.
Saya lupa waktunya yang pasti saat Bulan Ramadan. Ini adalah perjalanan terusan setelah kami berkunjung ke Bukit Pentulu Indah jadi sekira pukul 10 kami turun dari Karangsambung menuju pantai.
Sampai di Pantai Watu Bale sekira jam 11, bisa dibayangkan puasa puasa ke pantai jam segitu? Panas? Iya! Tenggorokan garing? Pasti! Kuat? Tetep kuat! Hahahhahah
Sampai di Pantai Watu Bale sekira jam 11, bisa dibayangkan puasa puasa ke pantai jam segitu? Panas? Iya! Tenggorokan garing? Pasti! Kuat? Tetep kuat! Hahahhahah
Saat itu Pantai Watu Bale belum seperti sekarang, masih baru-baru dirintis. Fasilitas pendukung belum terlalu baik dan banyak. Jalan dari jalan raya ke tepi pantai masih berupa tatanan batu, sebagian sudah dicor mungkin sekarang dah dicor semua kali ya. Pantai Watu Bale sama seperti Pantai Pasir sih, pasirnya hitam dan diselingi batu batu kecil. Nah saat itu setelah ada gelombang tinggi dahsyat di pantai selatan. Pantai Watu Bale saat itu dipenuhi sampah organic dan pohon kelapa di tepi pantai ada yang ambruk lainnya sampai terlihat akar akarnya Karen pantai terabrasi parah. Jadi ya jelek gitu.
Spot utama Pantai Watu Bale bukanlah pantai tapi tebingnya yang berada di sebelah timur pantai ini. Ya jalan kaki sebentar melewati tangga kayu yang ciamik dengan tulisan2 kreatif. Kemudian melalui jalan setapak menanjak yang saat itu masih baru sehingga masih belum rapi.
Sesampainya di atas atau yang sekarang dikenal dengan Tebing Titanic ada warung kayaknya dua deh, belum berpenghuni. Tersedia juga replica perahu dan saung untuk berlindung dari panasnya sinar matahari. Meski panas dan haus kita tetep foto-foto, seperti biasa saya gak foto tapi moto. Sebenernya ada spot lain diatas bukit sana tapi apalah daya, tenaga sudah tidak mencukupi.
Sesampainya di atas atau yang sekarang dikenal dengan Tebing Titanic ada warung kayaknya dua deh, belum berpenghuni. Tersedia juga replica perahu dan saung untuk berlindung dari panasnya sinar matahari. Meski panas dan haus kita tetep foto-foto, seperti biasa saya gak foto tapi moto. Sebenernya ada spot lain diatas bukit sana tapi apalah daya, tenaga sudah tidak mencukupi.
Setelah puas diatas tebing kita turun lagi ke pantai sekedar foto-foto gak jelas dan mereka main ayunan tuh cewek cewek. Selanjutnya kita pulang namun pas mau pulang si Wulan kena bulanan wkwkwkwkwkwk. Sebelum pulang kita mmapir buat sholat di langgar terdekat btw airnya rada rada asyin (yaiyalahhhhhh deket laut) Setelah itu kita akhirnya keluar dari wisata Pantai Watu Bale dan menemui jalan raya lagi untuk meneruskan perjalanan ke arah Mangrove Ayah. Dan selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar