Kamis, 28 April 2016

Ngetrail ke Curug Sawangan dengan Mio J

Full of Sawangan Fall
Siang itu cuaca di pesisir selatan Kebumen sangat terik dan sengatan matahari serasa membakar kulit. Seusai mengunjungi Pantai Menganti saya, kakak-kakak saya berniat untuk mengunjungi Curug Sawangan yang memang tak jauh dari Pantai Menganti (setidaknya masih satu desa). Selepas pintu keluar Pantai Menganti saya bertanya kepada petugas jalan ke Curug Sawangan yang bearada di kiri loket tersebut.

S: Pak, jalan ini bisa ke Curug Sawangan kan? jalannya gimana?
D: Masih tanah mas
S: Becek gak kira-kira?
D: Kalau habis hujan ya becek mas. Hati-hati saja

Kemudian saya berbelok ke kiri mengikuti jalan tersebut namun baru beberapa meter jalan yang hendak dilalui membuat saya serta kakak saya berhenti sejenak. Jalan rusak tersebut membuat kami berunding apakah akan lanjut atau tidak. Setelah beberapa menit berunding bahkan berdebat, kakak saya menyerah dan gak jadi ikut ke Curug Sawangan. Saya yang ngotot melanjutkan perjalanan pun masih saja dihadang sama dia. Hadeghhh kaya bocah saja saya ini. Dengan sekuat tenaga saya meyakinkan kakak saya kalau saya akan baik-baik saja.

Akhirnya kakak saya mengalah, dia menijinkan dan meninggalkan saya untuk melanjutkan perjalanan sementara mereka pulang ke Alian. Saya melanjutkan perjalanan yang membuat saya was-was. Benar saja, jalan rusak serta turunan terjal nan licin menghadang. Beberapa kali motor saya seperti slip dan nyaris tergelincir. Setelah itu jalan landai namun hanya tanah basah yang ada. Belum lagi aliran mata air yang memotong jalan membuat saya panik. Dan benar saja terdapat aliran yang cukup besar menghadang. Ah saya menyesal melewati jalur ini tanpa motor trail hahahhaha. 

View saat turun ke Curug Sawangan
Kemudian saya turun dan menuntun motor saya agar tidak terjebak di lumpur tersebut. Setelah berhasil melewatinya jalan berubah kembali menjadi terjal karena dipenugi batu-batu gamping kasar. Tak lama setelah melewati jalur tersebut saya melihat tempat parkir Curug Sawangan, tapi lagi lagi ada kubangan lumpur didepan saya! Dengan sangat terpaksa saya terobos dan kaki serta motor saya belepotan lumpur. Malu! Ya saya malu banget apalagi disana banyak orang rombongan pelajar yang cengengesan melihat perjuangan saya. Aduhhhhhh kalian ini.

Di tempat parkir tersebut hanya ada satu warung penjual makanan serta minuman. Tiket masuk sekaligus parkir dijaga oleh seorang pemuda akalau gak salah namany Mas Heri. Setelah saya memarkirakan motor saya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki mengikuti rombongan pelajar tadi. Awal perjalanan disuguhkan langsung dengan trek menanjak dan melwati mulut sebuah goa yang meneteskan air sehingga tangga dibawahnya menjadi becek. Lalu trek menjadi landai dengan padang tanaman gajah-gajahan membentang.

Ada percabangan jalan setelahnya, jika ke kanan menuju Curug Sawangan sedangkan ke kiri menuju Tj. Nagasari. Saya ambil lurus saja dan berjalan sebentar sudah ada papan petunjuk diantaranya menuju Curug Sawangan dan Goa Siwowo. Saya mencoba mampir ke goa meski sebenarnya gak minat sama sekali. Dengan mengikuti rombongan pelajar saya memasuki goa yang lembab dengan mulut berbentuk segitiga. Seorang pemandu tua saya lupa namanya dengan semangat menjelaskan detail soal goa tersebut.

Goa Siwowo

Mulut Goa Siwowo
Goa ini digunakan sebagai kegiatan rapelling dari atas goa menuju dasar. Didalamnya terdapat ornamen khas goa namun banyak yang sudah tidak aktif. Sebagian besar berwarna putih kekuningan. Ada sejumlah mata air diantara stalaktit dan airnya bisa diminum. Di ujung goa nampak sebuah lubang yang dipagar. Sepertinya goa ini panjang dan tembus ke Goa Surupan namun memang tidak sembarangan orang bisa melanjutkan tanpa peralatan caving. 

Setelah dari Goa Siwowo saya keluar dan segera menuju Curug Sawangan. Dan setelah sampai di tepian jurang saya terpesona dengan pemandangan alamnya. Perbukitan karst serta laut selatan indah bersanding serta angin laut sepoi sepoi mengurangi panas terik siang itu. Lubang menganga ditepi perbukitan karst merupakan pintu keluar Goa Suruapan sekaligus air Curug Sawangan. Curug Sawangan yang berlokasi dibawah jurang membuat saya harus melanjutkan perjalanan.

Jalan anak tangga beton menjadi medan menurun terjal mengikuti kontur/ topografi wilayah tersebut. Namun baru setengah jalan, anak tangga berakhir dan harus melanjutkan dengan jalan setapak sempit menyelusuri tebing curam. Harus esktra hati-hati karena di sebelah kiri merupakan jurang serta sebelah kanan/ atas merupakan tebing. Setelah berjalan dengan sangat hati-hati namun semngata saya sampai paling awal dibawah. Ya, sebagian besar pengunjung harus beberapa kali berisitirahat agar tidak kecapean. Saya segeralah menuju bawah curug yang kebetulan sedang berair deras.

Curug Sawangan

Curug Sawangan
Curug ini lumayan tinggi yakni sekira 50 meter meski sang pemandu bilang 65 meter. Disampingnya terdapat air terjun yang juga tinggi namun kecil merayapi tanah, disebutnya Sendang Bidadari. Air 
Curug Sawangan sangat besar waktu itu sehingga belum sampai dibawahnya saja saya sudah basah kuyup. Dibawah curug terdapat kolam kecil yang bisa buat berendam serta batuan-batuan beasr juga ada disana. Pokoknya curug ini sangat indah menurut saya apalagi muncul pelangi jika siang hari seperti saat itu. Air curug Sawangan ini merupakan aliran Sungai Jemenar yang berhulu di Bukit Gadung. 

Sungai ini awalnya merupakan sungai permukaan sebelum masuk ke Goa Surupan menjadi sungai bawah tanah. Karena melwati perkampungan warga maka air nya tidak dianjurkan untuk diminum. Berbeda dengan air Sendang Bidadari yang boleh diminum airnya karena mata airnya berasal dari dalam goa yang tersembunyi. Setelah puas memotret serta mengambil video saya bergegas ke wilayah pantainya. Dengan Mengikuti arus sungai dari curug saya terus turun hingga sampai pantai Nagasari atau Pantai Sawangan. Di sepnajang sungai tersebut juga banyak air terjun kecil dengan kolam yang cukup dalam dibawahnya.

Pantai Nagasari

Pantai Nagasari atau Pantai Sawangan
Pantai ini merupakan sebuah teluk kecil saja sehingga banyak ditemui batu-batu karang. Terlebih jika air sedang pasang sehingga pasir akan nampak menghilang. Kanan kiri pantai ini merupakan tebing yang menjulang. Jadi pantai ini hanya bisa dinikmati dengan duduk-duduk santai diatas batu karang tepat dimuara Sungai. Namun tenang saja suasanaya tetap adem karena banyak pepohonan disana. Setelah puas melihat pantainya saya bergegas pulang. Dengan susah payang naik ke atas lagi. Aduhhh gempor kaki saya karna dari awal berangkat belum pernah beristirahat.

Singkat cerita saya sampai lagi di tempat parkiran. Saya yang kehausan memesan es teh manis sambil mengobrol ngalor ngidul dengan Mas Heri soal obwis Curug Sawangan ini. Mulai dari awal dibuka, hingga rencana pengembangannya. Nah, saat pulang saya memilih ''jalur'' resmi nya yakni melalui Dusun Nagasari. Sempat membersihakan motor terlebih dahulu dipinggir sawah sih. Dan anda tau saya kesasar sasar untuk menemukan jalan raya, maklum saja kan saya berangkat bukan dari jalur tersebut hahhahahha. Setelah bertanya-tanya warga karena banyaknya persimpangan saja akhirnya saya meemukan jalan raya Ayah- Karangbolong. Akhirnya saya pulaaaaaaaaaaaaaang.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar