Selasa, 31 Maret 2015

Susahnya Menjangkau Air Terjun Berambai

Air terjun Berambai
Selamat pagi, siang, malam, sore atau apalah anda kapan membaca tulisan ini. Hari ini saya sudah rampung bekerja. Sambin nonton sepak bola saya berfikir untuk menulis kisah perjalanan saya ke Air Terjun Berambai. Sebenarnya saya tak ada niat untuk menulisnya, tetapi entah kenapa saya selalu kepikiran dengan air terjun itu. Pasalnya ada banyak kesan yang saya dapat selama menuju ataupun pulang dari Air Terjun Berambai.

Okelah, perjalanan saya mulai dari kediaman saya di Perum Sambutan. Bersama teman saya, kenekatan saya kembali muncul setelah banyak teman-teman di Samarinda memposting photo Air Terjun Berambai di akun instagram mereka. Penasaran, saya pun akan mengunjunginya. Seperti biasa saya selalu tidak tau persis tujuan saya. Apalagi saya bukanlah orang Samarinda. Berbekal nama desa atau dusun yakni Berambai di Sempaja Utara saya langsung tancap gas ke TKP.

Saat mencoba membuka google map, alih-alaih memperjelas tujuan berharap memberi bantuan rute, ternyata eh ternyata nama Berambai tak terdaftar di sejarah Google Map. Disitu hanya ada Sempaja Utara yang bisa ditampilkan yang ternyata itu adalah nama sebuah Desa. Kenekatan berlanjut, saya menuju ke arah Sempaja Utara dari perkotaan berubah menjadi perkampungan. Selepas perumahan ''Solong'' perkampungan mulai mereda. Jalan yang mulus berubah menjadi jalan berlubang, amblas, jalan berliku dan jalan menanjak. Suasana berubah menjadi hutan-hutan belantara khas pedalam Kalimantan.

Jalan yang buruk membuat mood saya sedikit terganggu saat itu. Bagaimana tidak, nyaris setiap 500 meter jalan rusak parah dan amblas (Pakdhe Jokowi ndang dibeneri iki pedalamane). Semakin ke pedalaman, jalan ''poros'' itu semakin rusak tak berbentuk. Aspal mengelupas dan pembangunan jalan yang belum jadi menyisakan kerikil juga debu di sepanjang jalan raya. Jarak yang ditempuh sudah lumayan jauh. Dengan berkendara sepeda motor selama hampir 1,5 jam saya berusaha menjangkau tujuan saya. 

Karena belum tahu lokasi tepatnya, saya sempat hampir putus asa dan ragu. Dalam hati ''adoh temen sih, ora tekan-tekan'' (Jauh betul sih kada sampai-sampai). Hal tersebut karena saya merasa perjalanan saya sudah sangat jauh dan suasana sudah jarang sekali kehidupan manusia. Usaha untuk membuka google map kembali gagal, tak ada sinyal disini. Daripada tersesat, saya beranikan empat kali menanyakan kepada warga setempat dimana lokasi Air Terjun Berambai. 

''Terus saja'', kata perempuan paruh baya dipinggir jalan.


Jawabanya mengantarkan saya makin ke pedalaman, jalanan naik turun, tetapi pemandangan cukup indah karena kita bisa melihat sebagian wilayah Samarinda kota. Lagi-lagi rasa putus asa saya kembali mencuat. Di sebuah turunan saya mencoba kembali bertanya kepada warga yang sedang berkumpul di depan rumah. Namun kali ini saya merasa sedikit kecewa. Pasalnya warga yang saya tanyai tak mau berbicara, dengan raut wajah yang kurang mengenakan ia hanya menunjuk-nunjuk arah ke Air terjun Berambai. Apa mungkin muka saya seperti penjahat hahahhahah


Jawaban yang sangat tidak puas ditengah keputus asa-an saya. Tak seperti biasanya 'trip' saya seperti ini. Padahal saya biasanya selalu semangat menemuka tempat tempat baru dalam hidup saya. Meninggalkan segerombolan ibu tadi, saya memutuskan untuk jalan terus sembari kembali bertanya kepada warga yang ada di pinggir jalan untuk memastikan perjalanan saya ini betul ke arah Air Terjun Berambai. Pasalnya tak ada petunjuk di sepanjang jalan. Menyesatkan ya hahhaaha....

Hingga akhirnya saya menemukan sebuah papan nama di pinggir jalan. Dari ''modelnya'' papan besi ini buatan Pemkot Samarinda. Didekatnya terdapat satu rumah. Sementara jalan raya terus menyambung entah sampai mana. Saya turun dan mendapati tempat parkir yang luas dengan banyak sepeda motor. Tapi lucunya tak ada loket penjualan tiket atau parkir. Pintu masuk kendaraan hanya menggunakan ''tali tambang'' menyeladang, itupun tak ada yang menjaga. Kemudian saya putuskan untuk masuk saja menerobos tali tambang lalu memarkirkan sepeda motor. Dari parkiran tersebut, saya harus berjalan sekira 100 meter ke dalam pinggiran hutan. Tak ada tanda-tanda keberadaan air terjun saat itu.

Mengikuti jalan setapak, saya melewati jembatan di atas aliran sungai kecil yang jernih kemerahan. Tak lama setelahnya saya mulai mendengar gemerujug suara air terjun. Saya kemudian bergegas mencari sumber suara tersebut dengan mengikuti jalan setapak yang tersedia. Dengan mengikuti jalan sekaligus memantau rute aliran air sungai kutemui juga Air Terjun Berambai itu. Air Terjun Berambai tak lain berada di aliran sungai yang saya lewati tadi. Air Terjun Berambai memiliki ketinggian sekira 10 meter dengan formasi layaknya air terjun pada umumnya, tapi kali ini debit airnya kecil. Hal tersebut dikarena sudah beberapa hari ini Kota Samarinda tak diguyur hujan.

Sedikit kecewa  memang setelah melihat Air Terjun Berambai. Air Terjun Berambai ini termasuk sangat alami karena tak ada fasilitas apapaun disana, meski demikian banyak sampah yang tercecer di lokasi. Air terjun Berambai memiliki kolam dibawahnya yang bisa untuk mandi dan berenang. Disini juga banyak terdapat bebatuan hitam mengkilap. Air terjun Berambai cukup teduh dan sejuk karena dikelilingi pohon yang rindang. Tempat ini memang sudah umum dikunjungi wisatawan maupun remaja remaja untuk berkemah. Saya merasa tak ada kesan yang indah dengan Air Terjun Berambai karena debit air-nya yang kecil sehingga tak sedap dipandang mata saat saya kesana. 

Tiba-tiba saja keanehan mencuat, ''Kemana orang-orang pemilik motor di parkiran?''. Saya bergumam sendiri karena tak ada seorangpun di air terjun tersebut kecuali saya dan teman saya. Jika dilihat dari kendaraan di tempat parkir setidaknya ada 20 orang disini. Sembari bergumam, saya ingat beberapa waktu lalu saat membuka google bahwa disini tak hanya ada satu air terjun, tetapi dua. Ya, mungkin mereka sedang berada di air terjun yang satunya lagi. Jika dilihat di internet (google) air terjun tersebut masih lebih alami dan terjaga. 

Karena tak bisa menikmati air terjun dengan puas bahkan untuk memotret pun saya tidak semangat, saya putukan untuk pulang. Namun demikian di perjalanan kali ini saya terkesan karena saya dapat melihat hutan Kalimantan, sebuah hutan hujan tropis yang lebat dan rapat. Kemudian bertemu dengan orang lokal yang notabene saya adalah orang Jawa. Selain itu saya juga dapat mengetahui dan melihat betapa pembangunan di negeri ini belum merata. Saya melihat ada perbedaan sangat mencolok antara Samarinda yang di kota dengan yang ada di Sempaja Utara ini.

Inilah tugas sang walikota agar tak terfokus ke wilayah perkotaannya saja. Hal tersebut cukup berbeda dengan di Kebumen, kampung halaman saya. Kondisi di perkotaan dan pedesaan/ pedalaman tak jauh berbeda mencolok. Memang, Kebumen hanya kota kecil dan Samarinda adalah ibukota Provinsi. Sekembalinya ke rumah, anda harus tahu bahwa pantat saya tambah tepos hahha. Jalan yang rusak membuat tubuh serasa dikocok-kocok, untung ginjalnya gak copot hahahha.

Bagi kalian yang ingin menuju Air Terjun Berambai saya pasti akan kesusahan mencari alamat pasti tempat ini. membuka internet pun tak akan banyak membantu kalaian menemukan Air Terjun Berambai. Nah, disini saya akan memberikan informasi pasti dan valid nya untuk kalian dan juga tips. Terima kasih sudah membaca. Semoga membantu.

Air Terjun Berambai terdapat di Dusun Berambai, Desa Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Total jarak yang ditempuh sejauh sekira 30 Km dari pusat Kota Samarinda. Karena kondisi jalan yang rusak perjalanan bisa ditempuh selama (maksimal) 1,5 Jam. Usahakan kendaraan prima dan kalian lihai mengendarai kendaraan. Jangan lupa bawalah makanan, minuman, tas kresek untuk tempat sampah, gedget dan kamera. Untuk menikmati secara maksimal, datanglah saat musim penghujan meski jalan ke lokasi akan becek. Untuk lokasi tepatnya sila ketik nama Air Terjun Berambai pada google map di Smartphone kamu.


Jumat, 27 Maret 2015

Selamat Jalan Olga Syahputra, #WeLoveOlga

R.I.P Olga Syahputra
Jum'at (28/3) malam saya mendapatkan kabar komedian idola ''saya'' meninggal dunia. Kabar yang tidak mengejutkan buat saya karena Olga sudah hampir setahun wara-wiri dari rumah sakit satu ke rumah sakit lainnya. Penyakitnya (kurang tau pasti) yang awalnya benjolan tersebut menjadi benalu yang merusak sistem kekebalan tubuh Olga. Olga dirawat selama sekitar sembilan bulan di salah satu rumah sakit di Singapura.

Sejak kemunculannya di tahun 2003, dan tahun berikutnya saat itu menjadi peran pembantu diacara Ceriwis Trans TV yang dipandu Teh Indi Barend dan juga Ka Indra Bekti, saya langsung suka dengan gaya lawakan pria lemah gemulai itu. Peran pembatu membuat Olga mau tak mau menjadi 'bahah olok2' an dengan tata rias yang amburadul. Meski begitu, ia tampak sangat menikmati profesinya, tanpa malu. Kepolosan dan ke-apa adaan-nya Olga membuat lawakannya bisa mengocok perut siapapun yang menontonnya.

Karena itulah Olga langsung ketiban rejeki. Hari ke hari Olga menjadi artis yang terkenal. Apalagi bar baru ini, mustahil sehari saja tak ada Olga di layar kaca. Meski suka dan mnungkin mengidolakan Olga, tetapi saya tidak sampai ingin tau seluk beluk Olga, berita Olga sehari-harinya sampai njrimet. Acara Olga yang paling saya suka adalah Ceriwis, OVJ, Prime Time, Extravaganza ABG, Online, Waktunya Kita Sahur (WKS - YKS), Catatan Olga. Kalau untuk acara Dahsyat dan Fesbuker, jujur saya kurang suka, entah. 

Kita tau Olga merintis karir dari jaman masih susah. Pertama muncul di TV, Olga yg masih dihina-hina, mau disuruh apa saja sama lawan mainnya. Lihat saja saat di acara OVJ, WKS dan Ceriwis. Bagaimana lawan mainnya suka memasukan benda2 ke mulut Olga saat tertawa. Menjatuhkan Olga atau menakutinya dengan Pocong. Berbeda dengan tahun 2011 kesini, ia lebih disegani oleh lawan mainnya. Tak lagi melihat olga yang 'disiksa' agar lucu sehingga penonton tertawa terbahak bahak. Duet yang bagus dari Olga adalah duet Olga/ Indi/ Bekti, Olga/ Wajang OVJ, dan yang paling apik duet Olga/Komeng/Adul. 

Meski menghibur, lawakan Olga seringkali 'bermasalah', lawakannya yang ceplas-ceplos membuat sebagian masyarakat Indonesia sakit hati hingga berujung pengaduan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sampai pencekalan. Olga suka melawak dengan membandingakan lawan-lawannya dengan benda2 mati. Misal saat Olga melihat bungkus korek api, ia langsung meledek Adul yang kecil sehingga 'muat' didalam bungkus korek api tersebut.

Olga: ''Adul, sini bobok dulu. Mamah nina boboin''

Atau yang paling booming saat duet Olga dan Opie Kumis. Dikisahkan mereka sedang berjalan berdua kemudian ada tetengga bertanya kepada Olga yang menggandeng Opie Kumis sembari bergaya ala emak Betawi.

Tetangga: ''Mau kemana Bu Olga?" 
Olga: ''Ini, mau buang barang rongsok'' (Misal)

Duet Olga/Komeng/Adul selalu mengisahkan sebuah keluarga dimana si Olga jadi Ibu, Komeng jadi Bapak dan Adul jadi anak. Bahkan duet sekitar tahun 2007 itu berlanjut sampai 2014 meski di lain program dan Komeng sudah tidak ada. Olga sellau berakting sebagai emak nya Adul yang galak dan suka mencubit Adul. Akting yang lucu dari keduanya kerap membuat orang terawa terbahak bahak. 

Namun saya hanya berfikir itu hanya sebuah akting/profesi semata. Sebelum tampil sesama pelawak pasti akan atau sudah tau bagaimana tipe lawakan masing-maisng pemain sehingga apapun nanti yang dilontarkan saaat tampil itu tidak serius. Tapi naas-nya beberapa artis (kebanyakan artis pendatang) tidak terima jika menjadi bahan candaan Olga. Bahkan mereka sampai melaporkan ke Polisi. (sekarang-sekarang saja, dulu g ada).

Diluar jagat hiburan, Olga yang tampak berkehiudpan mewah juga dikenal sombong oleh orang-orang tertentu. Namun demikian, kata tersebut layaknya kurang etis dan terpercaya, karena disisi lain Olga adalah orang yang sangat Dermawan, mau membantu anak yatim piatu, tak suka berfoya atau lainnya. Olga gemar membantu artis (terutama pelawak) baru untuk bisa sukses seperti dirinya. Dengan meninggalnya Olga jagat pelawak tak mempunyai pelawak yang bisa mengocok perut hingga terpengkal-pengkal. Setahun ditinggal Olga saja, acara lawak di TV terlihat sangat membosankan dan tidak ramai. Well, selamat jalan Olga, semoga kamu diterima di sisinya, dijaukan dari siksa api neraka dan amal ibdahmu juga diterima. Amin...

Senin, 23 Maret 2015

Menjenguk Gemerujug Air Terjun Tanah Merah


Air Terjun Tanah Merah

Mungkin belum banyak traveler yang pergi berwisata ke Samarinda. Padahal, ada Air Terjun Tanah Merah yang jadi destinasi alam menawan. Airnya yang sejuk dan alamnya asri cocok untuk tempat Anda berakhir pekan. Tak banyak tempat wisata alam yang ditawarkan di Kota Samarinda. Pusat perbelanjaan yang menjamur di ibukota Kalimantan Timur ini membuat sebagian besar orang berbondong berwisata ke tempat yang lebih  modern itu. Salah satu wisata alam yang ada di Kota Samarinda adalah Air Terjun Tanah Merah.

Saya berangkat dari mess saya di Perum Sambutan Permai Samarinda bersama pacar saya (heheheh). Bermodalkan nama saja saya mencoba mencari air terjun ini. Pacar saya tak yakin saya bisa menemukan air terjun tersebut. Akan tetapi saya nekat (Gue banget) terus menelusuri jalan raya Bontang hingga daerah tanah Merah.

Perjalanan seru dengan jalan yang lebar mulus dan tak terlalu ramai namun sedikit berkelok dan menanjak. Suasananya yang jelas asri karena masih banyak hutan-hutan di kanan kiri jalan. Sesampainya di sekitar Tanah Merah laju kendaraan mulai diperlambat untuk mencari 'papan nama' disepanjang jalan. Tak butuh waktu lama saya menemukan 'papan nama' yang dicari dan gang masuk menuju air terjun. Tak pikir panjang saya mengikuti petujuk jalan hingga masuk ke perkampungan padat. Jalanannya sudah bagus karena di cor dan cukup lebar. Setelah perkampungan menjarang pemandangan berganti perkebunan, sawah dan pohon-pohon rambutan di kanan kiri.


Jalan yang 'mulus' tadi terputus tepat di depan loket pembayaran masuk air terjun Tanah Merah. Setelah membayar perjalanan dilanjutkan kembali dengan medan jalan yang jelek. Tak lama saya bisa menjumpai air terjun Tanah Merah itu. Sebagai orang jawa atau tepatnya dari Kebumen, Jawa Tengah, air terjun ini tak seperti air terjun di Pulau Jawa yang tinggi. Air Terjun Tanah Merah hanya memiliki ketinggian sekitar 15 meter. Aliran air yang merayap di batuan besar kemudian jatuh menciptakan kolam yang lebar, dalam dan keruh di bawahnya. Namun, kolam tersebut tidak boleh digunakan untuk berenang. Konon hal itu tak lepas dari kejadian pengunjung yang tenggelam saat berenang di kolam tersebut.

Pengunjung sedang menikmati pesona Air Terjun Tanah Merah

Air terjun Tanah Merah tidak memiliki air yang jernih melainkan berwarna kecoklatan. Hal tersebut disebabkan kondisi di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang cenderung berlumpur, dan merupakan tanah gambut serta dialihfungsi menjadi pertambangan batubara. Suasana di sekitar air terjun ini sangat asri karena terletak di pinggiran perkampungan yang masih alami. Pohon-pohon rindang khas tanah Borneo menjulang tinggi menjadi ornament alam yang menambah asri dan indah obyek wisata ini. 

Air terjun Tanah Merah terletak di Dusun Purwosari, Desa Tanah Merah, kecamatan Samarinda Utara atau sekitar 14 Km ke arah timur laut Kota Samarinda, di ruas jalan poros Samarinda-Bontang. Untuk mengakses objek wisata ini, pengunjung dapat dengan mudah menjangkaunya dengan kendaraan pribadi maupun umum. Jika menggunakan kendaraan umum, pengunjung dapat menggunakan trayek dari Pasar Segiri ke Sungai Siring, kemudian berhenti di simpang tiga menuju Air Terjun Tanah Merah. Jika pengunjung dari arah Kota Samarinda, gapura untuk menuju air terjun Tanah Merah berada di kanan jalan, dan sebaliknya jika dari arah Bontang.


Air terjun Tanah Merah memiliki air yang keruh

Fasilitas yang disediakan pengelola Air Terjun Tanah Merah terbilang cukup lengkap. Ada kamar mandi, bangku taman, gazebo, warung makan, pemancingan, outbond, area parkir, dan arena bermain anak-anak. Di sini juga terkadang diadakan pentas hiburan. Namun, kini semua fasilitas tersebut terlihat mangkrak dan tak terurus. Sampah pengunjung juga terlihat dibiarkan berserakan.

Obyek wisata yang sempat booming ini mulai ditinggalkan pengunjung khususnya warga Samarinda. Jalan dari pintu loket tiket menuju ke air terjun terbilang  buruk. Jalan masih didominasi tanah dan urukan batu. Namun, suasana pedesaan dan perkampungan akan menjadi obat tersendiri sepanjang jalan menuju lokasi. Lepas dari itu semua, air terjun Tanah Merah layak dikunjungi untuk wisatawan yang sedang, atau pun yang ingin ke Kota Samarinda. Tiket untuk masuk ke obyek wisata ini adalah Rp 5.000. Tarif parkir roda dua Rp 2.000 dan roda empat Rp 5.000. Gemericik air dan asrinya alam di sekitarnya membuat betah siapaun yang mengunjunginya. Selamat berlibur, traveler, dan buanglah sampah pada tempatnya.

Jumat, 20 Maret 2015

Pantai Menganti Jangan Kau Kotori (Sampah)

Pantai Menganti
Pantai Menganti terletak di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Pantai ini menjadi salah satu pantai terindah yang ada di Jawa Tengah. Bukan tanpa alasan, Pantai Menganti memiliki pasir pantai berwarna putih. Hal tersebut sangat unik karena sebagian bessar pasir pantai di Jawa Tengah bagian selatan berwarna hitam. Kali ini saya akan menceritakan sedikit tentang Pantai Menganti. Beberapa waktu lalu saya dan saudara saya, Roni, mengunjungi Pantai Menganti untuk kedua kalinya. 

Pertama kali menuju Pantai Menganti yaitu saat Hari Raya Idul Fitri 2012. Saya memulai perjalanan pukul 08.00 WIB dari Alian. Sekitar pukul 08.45 WIB saya sampai di Pantai Menganti. Pantai Menganti ini berada dibalik Perbukitan Karst Karangbolong sehingga medan yang ditempuh cukup berat dengan jalaan berkelok, menanjak atau menurun tajam. Bagi anda yang kurang 'lihai' menggunakan kendaraan saya sarankan agar tidak memaksakan membawa kendaraan sendiri. Cukup berbahaya!

Tebing dibibir pantai yang memikat
Hari itu saya sangat amat tidak beruntung. Pasalnya sesampai di Pantai Menganti hujan turun cukup lebat. Hal terssebut membuat saya 'bete' karena tidak bisa menikmati keindahan Pantai Menganti dengan maksimal. Hari yang masih terlalu pagi itu juga membuat Pantai Menganti tak seramai biasanya. Bahkan tak semua warung-warung belum membuka dagangannya. Sembari menunggu hujan reda, saya putuskan untuk 'ngiyup' di salah satu warung yang tersedia di bibir pantai. Hujan kala itu cukup lama sehingga saya bisa menghabiskan semangkuk mie rebus, tempe mendoan dan teh hangat di warung ''Barokah''.

Hingga waktu menunjukan pukul 09.30 WIB hujan belum mereda. Demikian matahari masih enggan muncul. Air laut masih sangat keruh dan berderu ganas menepi. Namun saya berusaha menikmatinya dengan melihat burung-burung laut yang gigih mencari makan ditepi pantai. Sesekali saya ngobrol ngalor ngidul dengan pemilik warung untuk menghilangkan 'kesedihan'. Barulah sekitar pukul 10.30 WIB langit mulai terlihat terang dan hujan reda. Saya bergegas turun ke pantai yang tepat dibawah warung tersebeut. Merasakan pasir pantai yang ada di Pantai Menganti.

Tebing-tebing di barat Pantai Menganti
Perjalanan saya lanjutkan menelusi garis pantai Menganti ke barat. Pasir putih kasar masih mulus tak berjejak. Maklum saja tak ada wisatawan maupun nelayan saat itu. Sinar matahari yang malu-malu mengahntarkan saya menuju pantai sebelah barat dari Pantai Menganti. Orang-orang menyebutnya Tebing Bidadari. Tebing yang tinggi, hijau, dan memanjang layaknya dinding raksasa ini membuat saya sangat kagum atas kuasa-Nya. Pepohonan rindang bernanung dibawa tebing tersebut hingga seprti hutan. Rumput-rumput menghijau hingga bibir pantai yang dihiasi batuan.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, saya beberapa kali mengambil gambar untuk kenang-kenangan. Pantai Menganti memang sangat indah. Perpaduan segala unsur yang saya rasa lengkap. Di pantai ini terdapat laut, pantai, pasir, batu, tebing, bukit, tumbuhan, manusia, hewan, perahu dan kearifan warga setempat. Hari semakin siang, namun panas tak menyengat setelah hujan. Ombak masih keras menghujam menciptkan kabut di sepanjang pantai. Roni asyik memunguti fosil-fosil laut sementara saya sibuk menganmbil gambar. Suasana sangat sepi akan manusia. Hanya seorang pemancing yang sangat berani mengadang ombak pantai selatan. Sesekali seliweran pencari rumput menggunakan sepeda motor.

Tebing Bidadari
Pantai Menganti sangat potensial dijadikan tempat wisata unggulan. Namun sayang seperti kebanyakan obyek wisata di Kebumen sepertinya masalah sampah masih menjadi masalah yang belum terpecahkan. Di beberapa tempat terutama di sekitar TPI, warung-warung dan tempat parkir saya menemukan tempat pembuangan sampah yang tak layak sehingga sampah berceceran dimana-mana. Penataan sejumlah warung yang ada di Pantai Menganti juga terkesan amburadul (kurang rapi) sehingga kurang enak dilihat.

Pantai Menganti jangan dikotori dengan sampah jika tak ingin senasib dengan pantai lainnya yang ada di Kebumen. Sebut saja dua pantai yang pernah menjadi primadona, Pantai Ayah dan Pantai Petanahan. Pantai-pantai tersebut 'pada masanya' merupakan primadona, namun banyak sampah yang ada di tempat tersebut membuat wisatawan enggan mengunjunginya lagi. Alhasil pantai tersebut ditinggaalkan dan terbengkalai 'kotor'.

Pantai Menganti bagian barat dihiasi batu-batu
Pihak pengelola harus mengedepankan kebersihan dan kealamian pantai. Karena apa? Wisatawan saat ini lebih suka hal hal yang berbau 'alami' mereka datang ke Pantai Menganti untuk mencari apa yang tak bisa ditemui di daerah 'modern'. Saya sangat berharap pengelola dan wisatawan bisa menjaga kebersihan di Pantai Menganti.

Ohya, saat itu saya tidak membayar tiket masuk karena masih pagi dan tak ada penjaga di loket tiketnya. Setelah puas dengan keindahan Pantai Menganti, saya bergegas pulang. Alasan lainnya yaitu HP saya yang sudah 'drop' kedua-duanya. Jujur saja saya masih ingin berlama-lama di Pantai Menganti tetapi ya sudahlah, masih banyak waktu untuk bisa ke Pantai Menganti lagi. Dan semoga suatu saat saya bisa mengunjungi tempat ini lagi bersama orang-orang tersanyang, keluarga, sahabat, pacar atau istri. Amin :D 


Kamis, 19 Maret 2015

Mengenal Lebih Dekat Dusun Kalisetra

Pemandangan di sekitar Desa Kalirancang
Hai kawan, hari ini saya akan membahas sedikit tentang dusun saya, namanya adalah Dusun Kalisetra. Dusun Kalisetra ini berada di Desa Kalirancang, Kecamatan Alian, Kebumen, Jawa Tengah. Anda bisa kesini dengan angkot Kebumen Kota - Krakal. Pasalnya angkutan ini akan melewati Desa Kalirancang terutama Dusun Kalisetra. Jalannya sudah bagus dan ramai. 

Sebenarnya Dusun Kalisetra masuk ke dalam wilayah Dusun Jerotengah namun entah kenapa warga lebih nyaman menamakan diri layaknya sebuah dusun sendiri. Bukan tanpa alasan, lokasi Dusun Kalisetra yang berada di lembah kecil dan dikelilingi oleh bukit membuat Dusun Kalisetra ini seolah olah bukan bagian dari Dusun Jerotengah.


Ya, letak Dusun Kalisetra berada di paling selatan desa dan berbatasan dengan Desa Sawangan. Duusn Kalisetra dihuni oleh 1 RW dan 2 RT yang masing - masing RW dipisahkan oleh kalen (Sungai kecil). RT 1 berlokasi di sebelah utara kalen dan RT 2 di berada di sebelah selatannya. Dusun Kalisetra dikelilingi bukit. Jadi kiri, kanan, depan, belakang adalah rangakain perbukitan. Jadi jangan harap bisa melihat luasnya alam dalam jangkauan luas. Bukit yang mengelilingi Dusun Kalisetra mempunyai tinggi mulai 10 - 120 m/dpl.

Bukit-bukit tersebut antara lain yang berada di selatan Dusun. Bukit ini tak bernama (kadang disebut Punthu) hanya tinggi dan memanjang memagari Dusun. Di sebelah barat menjulang Bukit Sikenap yang merangkai hingga utara Dusun. Dan di sebelah timur terdapat Bukit Pagerijo (301 m/dpl). Karena lokasinya yang di''cekung''an rumah-rumah warga di Dusun Kalisetra memiliki formasi bertingkat. Hal itu sesuai dengan kondisi lahan dan kontur tanah yang dulunya merupakan sawah dan tegalan berterasering. Di tengah-tengah Dusun Kalisetra terdapat sungai kecil yang berhulu di Bukit Sikenap dan Bukit Pagergeong. Sungai yang biasa disebut ''Kalen'' ini merupakan anak sungai dari Sungai Kedungbener.

Sungai ini unik, dikarenakan hampir 80% sungai tersebut beralas batu pasir dan endapan tuff. Sungai ini memang tak terlalu panjang dan lebarnya tak kurang dari dua meter saja. Sungai ini merupakan sungai periodik yang akan melimpahkan debit air yang banyak saaat musim hujan saja. Jika musim kemarau sungai ini tidak mengalirkan air. Namun tidak kering, hanya saja membentuk kubangan kubangan air. Sungai tak bernama (kemungkinan Kali Setra) ini mendapat suplai air dari 'anak sungai' yang berasal dari lereng hutan dan permukiman penduduk.

Karena kemiringan curam di Dusun Kalisetra, bahkan dihulu aliran kalen menerobos dan mengikis batuan serta tebing terjal terkadang ditemui sejumlah Air Terjun mini dan 'musiman' di sepanjang sungai tersebut. Namun sayangnya hanya bisa disaksikan jika pada musim penghujan saja atau lebih tepatnya saat atau setelah hujan turun. Perbukitan yang mengelilingi Dusun Kalisetra dahulu berupa hutan garapan warga yang ditanami palawija, padi, dan pohon-pohon kayu besar, namun sekarang hanya digunakan untuk pohon kayu keras saja. Selain di sungai yang ada dasar lembah, di hutan sekitar Dusun Kalisetra juga ditemui air terjun. Terutama di Desa Sawangan. Sejumlah air terjun 'musiman' tersebut memiliki tinggi 5-8 meter dan berjumlah dua buah.

Sungai-sungai di sekitar Dusun Kalisetra memiliki air yang jernih. Sehingga sangat mengasikan jika harus bermain air. Biasanya anak-anak Dusun setempat bermain 'perosotan' layaknya waterboom. Sungai-sungai tersebut memang mempunyai 'kolam-kolam' alami yang bisa digunakan untuk berendam. Susana pedesaan yang tenang menambah siapa saja betah berlama lama di Sungai. Selama tak sedang hujan, sungai ini jernih dan aman untuk anak-anak.

Berbeda saat hujan tiba, debit air sungai akan meningkat tajam dan membentuk jeram yang riuh bergemuruh. Airnya coklat dan membawa material sampah organik dari hutan seperti sisa sia ranting. Namun demikian saat inilah yang dinantikan. Bermodal ban dalam truck bekas, kondiis ini bisa digunakan untuk bermain ala arung jeram. Namun hutan di sekitar Dusun Kalisetra yang sempat beralih fungsi dari hutan dengan tanaman kayu melimpah menjadi lahan garapan atau saat pamor ''gotongan'' meledak sehingga banyak pohon ditebang, lambat laun debit air susut, Tiap hujan turun, air akan langsung terbawa ke hilir. Tidak ada penyimpanan air lagi. Tentu butuh waktu lama untuk mengembalikan hutan seperti sedia kala karena pohon tersebut adalah pohon pohon besar bukan pohon toge,


Kesimpulan pribadi adalah Dusun Kalisetra adalah Dusun Jerotengah yang asli. Jika melihat wilayah Desa Kalisetra yang jero (dalam) tengah (tengah) atau dalam dibagian tengah  (karena ada kalen dan makanya sering banjir) ditengah-tengah dusunnya. Nah, Dusun Jerotengah atau yang umum diucapkan Dusun Desa adalah Dusun Kalirancang, yak sesuai dengan nama Desanya. Karena sebuah desa dimanapun umumnya menggunakan salah satu nama dusun atau sungai atau gunung/bukit yang ada di wilayah tersebut. Bahkan Kecamatan Alian menggunakan nama Dusun di Desa Krakal.


Nama Bukit di Kecamatan Alian

Bukit Tumpeng di Desa Kaliputih
  1. Bukit Silender/ Bukit Prabu (434 mdpl) di Desa Tlogowulung-Poncowarno
  2. Bukit Kebapangan (410 mdpl) di Desa Tlogowulung-Poncowarno
  3. Bukit Lendersangan (395 mdpl) di Desa Tlogowulung-Poncowarno
  4. Bukit Sapuangin (390 mdpl) di Desa Kaliputih-Padureso
  5. Bukit Tumpeng/ Bukit Kusan (330 mdpl) di Desa Kaliputih
  6. Bukit Pagergumeng (302 mdpl) di Desa Wonokromo-Tlogowulung
  7. Bukit Pagerijo (301 mdpd) di Desa Kalirancang-Wonokromo-Sawangan
  8. Bukit Pagergeong (289 mdpl) di Desa Kalijaya-Sawangan-Kalirancang
  9. Bukit Pringtutul (273 mdpl) di Desa Kaliputih-Padureso
  10. Bukit Cantel (269 mdpl) di Desa Kalijaya-Karangsambung
  11. Bukit Celeleng (220 mdpl) di Desa Wonokromo
  12. Bukit Jrambeng (210 mdpl) di Desa Kalirancang
  13. Bukit Bangkong (210 mdpl) di Desa Karangkembang-Kalijaya-Tanuharjo
  14. Bukit Jampes (200 mdpl) di Desa Kalirancang-Wonokromo
  15. Bukit Watupawon (180 mdpl) di Desa Kalijaya
  16. Bukit Watungadeg (168 mdpl) di Desa Kemangguhan-Kebumen
  17. Bukit Widoro (166 mdpl) di Desa Sawangan-Tlogowulung-Seliling
  18. Bukit Pagersuru/ Bukit Tangkil (150 mdpl) di Desa Karangkembang-Kalijaya
  19. Bukit Puyuh (145 mdpl) di Desa Surotrunan-Bojongsari-Poncowarno
  20. Bukit Sikenap (141 mdpl) di Desa Kalirancang
  21. Bukit Pagerjamus (140 mdpl) di Desa Kemangguhan
  22. Bukit Wudel (110 mdpl) di Desa Krakal
  23. Bukit Sanggar (100 mdpl) di Desa Kalirancang
  24. Bukit Wurung (95 mdpl) di Desa Krakal
  25. Bukit Kaligalas (89 mdpl) di Desa Sawangan)
NB:
Bukit Bangkong termasuk dengan Bukit Pacabean dan Bukit Gupakanwara

Mengenal Bukit Pagerijo

Bukit Pagerijo dilihat dari Sebul
Kali ini mau sedikit cerita pengalaman seru-seruan sama teman-teman kecil. Moment yang sangat menyenangkan bisa naik ke Bukit Pagerijo (301 mdpl) yang ada di desa saya. Bukit Pagerijo berasal sari kata bahasa jawa yaitu ''Igir'' atau ''Wagir'' yang dalam bahasa Indonesia berarti Bukit dan kata ''Ijo''. Hal tersebut sesuai pula dengan peta geologi pemerintah Belanda dahulu. Namun lambat laut pengucapannya berubah menjadi Wager Ijo hingga akhirnya menjadi Pager Ijo atau Pagerijo.

Bukit yang biasanya menyambut pagi saya serta menjadi saksi hidup saya hahahahha. Saya ''mendaki'' bersama dengan saudara sekaligus sahabat-sahabat saya. Mereka adalah Rasti, Fitri, Yusri, Baron, Aris dan saya sendiri tentunya. Karena baru pertama kali kesana jadi jalur juga medannya seperti saat saya ''ngalas /ngarit /ramban /etc''.

Ciri khas perbukitan di Lembah Alian yang sangat curam dengan kemiringan yang aduhai. Berbekal peralatan seadanya, yakni makanan, minuman, gitar dan paling penting adalah ''arit''. Arit digunakan untuk membuka jalur yang ditumbuhi semak belukar berduri. Bukit Pagerijo punya tiga puncak yang sering disebut Puncak Gamblok, Punthuk Benggala dll memiliki tinggi gak jauh beda. Nah mau dideskripsikan dulu ketiga puncak ini:

1. Puncak Gudel, puncak ini merupakan yang paling utara/ timur laut. Konon terdapat bongkahan emas segede ''gudel'' atau anak kerbau. Tepatnya di tebing sisi barat. dan dijaga oleh seekor ular besar. Dilihat fisiknya puncak ini masih didominasi tanah sehingga pohon-pohon jati bisa nangkring tumbuh subur disana. Beberapa tahun yang lalu lereng bagian barat longsor cukup lebar akibat hujan deras sehingga membentuk punggungan bukit. Sekarang bekasnya sudah tak nampak lagi karena sudah ditumbuhi vegetasi hijau lagi. Di puncak ini juga  ''katanya'' masih banyak binatang binatang liar seperti ular sanca, kera dan babi rusa.

2. Puncak Watu, puncak ini mungkin yang disebut puncak Gamblok atau Punthuk Benggala. Puncak ini terletak di bagian tengah atau selatan sebelah Gunung Gudel. Secara fisik puncak ini  100% dibentuk oleh batu hitam raksasa (kayaknya sejenis breksi) dengan kemiringan sisi barat dan utara mencapai 90 derajat. Jadi jangan coba coba naik lewat jalur tersebut. Jika ingin menuju puncak yang aman bisa melewat lereng timur karena jalurnya tidak terlalu ekstrem. Sementara itu di bagian puncaknya sempit dan berbahanya karena di sisi barat adalah jurang dan berbatu. Hanya cukup untuk membuat satu tenda. Angin disini juga lumayan kenceng bertiup. Tumbuhan yang ada disana hanya semak belukar.

3. Puncak Barong, puncak yang satu ini berada paling selatan/ barat daya. Bentuknya memajang dengam tebing curam 90 derajat di sisi barat. Jadi harus lewat timur atau selatan kalau ingin menuju ke puncak yang satu ini. Di puncaknya terdapat area camp yang cukup lapang sehingga bisa buat rame rame dan membuat dua tenda bahkan lebih. Ada beberapa pohon jati disana namun lebih banyak didominasi semak belukar. Tapi tenang saja karena banyak yang berkunjung kesini puncaknyapun sudah rapi tanpa semak belukar tinggi.

Oya kalau teman-teman mau naik ke Gunung Pagerijo rutenya bisa ambil dari desa Kalirancang, Wonokromo atau Sawangan di Kecamatan Alian. Jika dari Desa Kalirancang, dari balai desa Kalirancang yang berada di pinggir jalan raya tersebut Bukit Pagerijo sudah sangat dekat. Hanya membutuhkan waktu 30 menit - 1 jam untuk kesana dengan menitipkan kendaraan di rumah warga di kaki bukit. Tapi inget jangan berbuat mesum, buang sampah sembarangan, membunuh hewan, dan merusak tanaman jati. Kenapa? ''Biar gak diganggu penunggunya''. Satu lagi usahakan naik bersama dengan warga sekitar sebagai guide supaya kalian tidak nyasar dan ketemu kera-kera yang menyeramkan. Oke itu dulu nanti disambung lagi :D

Banjir Sungai Kedungbener 2014

Banjir Alian 2014
Hallo, jumpa lagi ya kita. Kali ini mau bahas sedikit tentang Sungai Kedungbener. Sungai ini belakangan santer didengar pascabanjir bandang di kecamatan Alian beberapa waktu lalu. Saya sebagai warga kecamatan Alian terutama desa Kalirancang sudah tak asing dengan sungai yang satu ini. Dahulu, sungai ini setia menjadi tempat saya dan juga teman teman saya bermain. Kami biasa bermain pasir ditepian sungai maupun berenang kesana kemanari. 

Ya saat masih duduk di bangku SD, setiap pulang sekolah, saya dan teman teman sering mandi di sungai Kedungbener ini. Tak seperti sekarang, dahulu sungai ini penuh dengan kedung (palung). Palung palung tersebut memilki kedalaman bervariasi sekitar 1 - 5 meter. Airnya sangat jernih. Saking jernihnya setiap kali menyelam akan terlihat lubang lubang kepiting di tebing palung. Dasar Sungai Kedungbener di desa saya berupa pasir bukan batu seperti dihulu (Desa Krakal keatas).

Soal bencana, saya kira sudah biasa Sungai Kedungbener ''marah-marah''. Setiap kali hujan turun sungai ini akan meluap membanjiri bantarannya. Volume air sungai normal dengan saat banjir datang bisa berlipat lipat naiknya. Soal kejadian banjir, Sungai Kedungbener selalu atau mungkin tiap tahun pasti banjir, maksudnya banjir sampai meluber ke bantaran sungai. Setiap musim hujan bisa 3-4 kali sungai ini menggenangi hingga merendam rumah penduduk dan jalan raya.

Banjir Sungai Kedungbener

Nah, untuk kejadian banjir besar yang sampai merendam banyak rumah warga serta banyak memutus akses jalan kecamatan/ dibantarannya saya perhatikan pernah terjadi tahun 2006, 2008, 2010, 2012 dan kemarin (2014). Memang dari dampaknya banjir  tahun ini yang paling parah dari kejadian sebelumnya.

Banjir 2014 merendam ratusan rumah, 10 sekolah serta merusak tanggul-tanggul dibantarannya. Hampir semua desa yang dilintasinya mengalami banjir dengan dampak atau ketinggian bervariasi. Semuanya ada di tiga kecamatan berikut:


  • Kecamatan Karangsambung
  1. Desa Wadasmalang
  2. Desa Plumbon
  • Kecamatan Alian
  1. Desa Krakal
  2. Desa Kalirancang
  3. Desa Sawangan
  4. Desa Wonokromo
  5. Desa Seliling
  6. Desa Surotrunan
  7. Desa Bojongsari
  • Kecamatan Kebumen
  1. Desa Bandung
  2. Desa Candimulyo
  3. Desa Tanahsari
  4. Desa Sumberadi
  5. Desa Rawareja
  6. Desa Wonosari
  7. Desa Jatisari
  8. Desa Mengkowo
Saya mempunyai acuan sendiri jika air banjir sudah masuk ke Mushola (Dusun Kalisetra, Desa Kalirancang, Kecamatan Alian, Kebumen) pasti kejadian banjir tersebut adalah banjir besar. Dan tentunya wilayah atau tempat lain sudah mengalami banjir tinggi. Tahun 2006, 2010, dan kali ini saja banjir bisa masuk ke mushola setinggi 30 cm. Diberitahukan bahwa letak mushola tersebut sudah lebih tinggi dari jalan raya dengan ketinggian 1 meter. Jadi saat banjir kemarin ketinggian ketinggian banjir di jalan raya mencapai 1 meter dan bantaran sungai mencapai 2 meter. 


Peta langganan genangan banjir di Dusun Kalisetra
Di Dusun Kalisetra banjir merendam di tengah dusun (bisa lihat peta). Ditengah dusun itu terdapat sebuah kalen/ sungai kecil yang menjadikan kawasan sekitarnya nampak ''cekungan''. Jika Sungai Kedungbener sedang banjir maka air dari kalen tersebut kerap tertahan dan akhirnya menggenang. Akibatnya banjir semakin menjadi-jadi hingga naik ke jalan raya. Di daerah tersebut rumah warga memiliki pondasi rumah setnggi 1-4 meter dari dasar kalen untuk menghindari air masuk kedalam rumah. 

Banjir selalu akan menggenangi jalan raya di wilayah ini sepanjang 100 meter. 100 meter juga jarak jalan yang menghubungakn Desa Krakal dengan Kota tersebut dengan Sungai Kedungbener di sisi timurnya. Ditambah penyempitan kalen di dusun Kalisetra sangat parah. Kanan kiri kalen kini berupa pondasi rumah warga yang lebih tinggi dari permukaan tanah di bantaran kalen sehingga air tidak leluasa mengalir. Jika banjir besar di kalen ini maka air banjir kerap tertahan di wilayah yang belum terkena pondasi rumah warga. Ibarat orang, air ini harus menunggu, mengantre. Bahkan sebelum air Banjir Kedungbener naik ke jalan kalen ini sudah menggenang terlebih dahulu. Belum lagi kebiasaan buruk warga membuang sampah dikalen.


Denah sederhana jika kalen banjir tapi Sungai Kedungbener tidak
Titik lain di Desa Kalirancang yang ''biasa'' terendam adalah di cekungan menjelang pertigaan jalan alternatif menuju Dusun Kalikudu/ Cagar Benda Budaya makam Sabda Guna. Di titik yang masuk Dusun Jerotengah tersebut lagi-lagi juga karena ada kalen. Sama, di titik tersebut banjir juga menggenang hanya 100 meter saja.

Di sepanjang Dusun Jerotengah banjir juga menggenangi rumah warga. Sementara di Dusun Kedungsemut Kulon banjir tidak pernah sampai ke jalan raya namun hanya merendam rumah warga di bantaran Sungai Kedungbener. Hal yang sama terjadi di Dusun Kedungsemut Wetan dan Gupit. Hanya wilayah yang berada tepat di bantaran sungai yang akan terendam air banjir. Pasalnya dua dusun ini berada di kaki Bukit Pagerijo yang dataran rendahnya lebih sempit daripada dusun lainnya yang berada di sisi barat sungai. 
Tahun 2010, banjir juga demikian parah tapi tidak sampai masuk mushola. Hanya saja akibat derasnya banjir tersebut sebuah jembatan yang menghubungakn Dusun Jerotengah dengan Dusun Kedungsemut Wetan dan Gupit rusak. Pondasinya geser dan menyebabkan pengaman kanan kiri jembatan patah. Beruntung jembatan tak hanyut terbawa air bah. Selain itu beberapa rumah warga rusak. Banjir tahun itu juga mengakibatkan seorang warga luka-luka.

Peta langganan genangan banjir di Desa Kalirancang
Sekarang sungai ini bisa dikatakan sangat memprihatikan. Sedimentari tinggi menjadi masalah yang komplek. Saya mengenal sungai ini dengan sifatnya meliuk liuk. Akibatnya alur sungai sering berpindah dan mengakibatkan erosi. Dahulu alirannya jauh berada di sisi timur mendekati kaki Bukit Pagerijo. Kini (2015) alirannya berada di sisi barat dan makin dekat dengan rumah penduduk. Sedikit demi sedikit tanah di tepiannya tererosi dan ''hilang''.

Sungai Kedungbener berhulu di Pegunungan Sirangkok di perbatasan Kecamatan Karangsambung - Sadang. Aliran sungai ini berakhir di Sungai Luk Ulo yang berada di Lecamatan Buluspesantren, atau sekitar 2 Km dari pantai. Meski berstatus anak sungai, Sungai Kedungbener memiliki DAS sendiri atau biasa disebut Sub-DAS. Sungai Kedungbenr juga memiliki dua anak sungai yang cukup besar. Diantaranya Kali Jaya, Kali Tekung (Kali Kaliputih), Kali Bakung, dan Kali Soka. Semoga saja banjir besar di Sungai Kedungbener tak kembali terjadi. Sungai Kedungbener tetap menjadi sahabat bagi warga di sekitarnya.

Nama Perbukitan di Kabupaten Kebumen

Kabupaten Kebumen tidak memiliki ketinggian daerah yang mumpuni. Hanya 0-800 meter diatas permukaan air laut. Kerapatan kontur di perbukitan wilayah Kebumen juga tidak ''serumit'' perbukitan pada umumnya. Berikut ini sejumlah perbukitan yang ada di Kebumen, selain perbukitan Melange Seboro dan Kawasan Karst Gombong Selatan (karena itu luas dan butuh halaman lain untuk mendeskripsikan), tentunya versi saya sendiri.

1. Perbukitan Sirangkok
Perbukitan ini membentang sekira 16 Km mulai dari Bukit Pentulu Indah di Kecamatan Karangsambung kearah timur hingga Bukit Sirangkok dan menyambung hingga Bukit Siloreng di Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Puncak-puncaknya anatara lain Bukit Paras, Prahu, Tugel, Kukua, Punden, Dliwang, Tanggulasih, Sirangkok, Lancar, Gandul, Kalisambung, Kajoran, Siloreng, dan Pukiran. Titik tertingginya berada di Gunung Siloreng (620 mdpl).

Sisi utara dan sebagian sisi selatan perbukitan ini memiliki kemiringan yang sangat terjal. Serta memiliki kontur lahan yan rapat. Di sisi selatan bagian timur cenderung lebih landai yakni mulai mulai Dusun Kalikemong hingga wilayah Wadaslintang. Sisi utara perbukitan ini sangat rawan tanah longsor. Sejumlah sungai yang berhulu di perbukitan ini antara lain Sungai Cangkring, Sungai Welaran, Sungai Kedungbener, Sungai Banda, Sungai Gandong, dll.

2. Perbukitan Banda
Perbukitan ini melengkuk membentuk tapal kuda dan bergabung dengan Perbukitan Paras - Sirangkok - Siloreng sepanjang kurang lebih 6 Km. Semuanya masuk wilayah Kecamatan Karangsambung. Puncak-puncaknya antara lain Bukit Waturanda, Selaranda, Silodong, Gedog, Bulukuning, Pagerori, Banda dan Tugel. Puncak tertingginya adalah Bukit Banda (353 mdpl). Perbukitan ini biasa disebut amphiteater Karangsambung jika dilihat dari Bukit Igir Sambeng. 

Perbukitan ini memiliki lereng yang terjal - sangat terjal di sepanjang sisi barat - utara dan rawan pergerakan tanah. Sementara sisi timur - selatan lebih landai. Sejumlah sungai  yang berhulu di perbukitan ini antara lain Sungai Kalijaya, Sungai Soka, Sungai Depok, Sungai Kalipoh, Sungai Suwuk, Sungai Bengkang, Sungai Sadang, Sungai Lancar, Sungai Ceret, Sungai Pagerori, Sungai Kedondong, dan Sungai Kaligending.

3. Perbukitan Brujul
Perbukitan sepanjang sekitar 9 Km ini memanjang dari timur ke barat. Di paling timur terdapat Bukit Brujul. Puncak-puncaknya antara lain Bukit Brujul, Tugel Kebakalan, Gandong, Paduraksa, Klabang, Watu Tumpang, Kayen, dan Igir Siklotok. Puncak tertingginya adalah Bukit Brujul (428 m/dpl). Perbukitan ini digunakan sebgai batas kecamatan Pejagoan - Karanggayam. Perbukitan ini memiliki lereng yang terjal - sangat terjal di sisi utara juga selatannya dan rawan pergerakan tanah.

Sejumlah sungai yang berhulu di perbukitan ini antara lain Sungai Padureksa, Sungai Klabang, Sungai Karangjengkol, Sungai Duren, Sungai Kayen, Sungai Wera, Sungai Nyangku, Sungai Sileok, Sungai Kepuh, Sungai Krinjing, Sungai Depok, Sungai Sadang, Sungai Asahan, Sungai Bersole, Sungai Kayupari, Sungai Julang, Sungai Pucung, Sungai Kebakalan, Sungai Karanglo, Sungai Wayu, Sungai Langkung, Sungai Rancang, Sungai Kalipoh, Sungai Kalisana, Sungai Keji, Sungai Suci dan Sungai Cungkup 

4. Perbukitan Condong
Perbukitan ini sepanjang sekitar 5 Km berarah utara - selatan - barat dan sebagai batas kecamatan Karanggayam dengan kecamatan Sruweng, Pejagoan juga Karanggayar. Puncak-puncaknya adalah Bukit Jatiwayang, Krewed (Kruwet), Pranji, Condong, Caplang, Penusupan, Langit, Buthak,  Tumpeng, dan Tutukan. Sebenarnya bisa disambung dengan Bukit Grenggeng dan Igir Gadung di sebelah baratnya. Perbukitan ini merupakan bagian dari sumbu antiklin Karanggayam, sebuah antiklin yang memanjang barat-timur.

Puncak tertingginya dalah Bukit Krewed (551 m/dpl). Perbukitan ini memiliki lereng yang terjal - sangat terjal di sisi barat - utara mengarah ke kecamatan Karanggayam dan di lereng Bukit Kajoran mengarah desa Panusupan sehingga rawan pergerakan tanah. Sejumlah sungai yang berhulu di perbukitan ini antara lain Sungai Pengempon, Sungai Kejawang, Sungai Gede (Kembangabang), Sungai Kembang, Sungai Sibango, Sungai Klantang, Sungai Watutarung, dan Sungai Silumut.

5. Perbukitan Watukelir 
Perbukitan ini berada di perbatasan kecamatan Sempor dan Rowokele juga dengan Kabupaten Banjarnegara sepanjang 10,18 Km. Puncak-puncaknya antara lain Bukit Watukelir, Bonang, Wanalela, Blumbungan, Wadasputih, Lemiring, Lamuk, Temeteskambang, Lemungsur dan Igir Lemahrata. Puncak tertingginya adalah Gunung Wadasputih (654 m/dpl). Perbukitan ini memiliki lereng yang terjal - sangat terjal di sisi timur mengarah ke desa Sampang sehingga wilayah ini rawan pergerakan tanah.

Sedangkan di sisi selatan dan barat konturnya lebih landai namun rapat. Sejatinya titik tertinggi perbukitan ini adalah Gunung Mahameru (803 mdpl) di sebelah barat perbatasan Kebumen- Banyumas. Sejumlah sungai besar yang berhulu di perbukitan ini antara lain Sungai Sampang, Sungai Ketegan, Sungai Jumbleng, Sungai Pengilon, Sungai Kroya, Sungai Karangbuyut, Sungai Penisian, Sungai Sungai Ijo, Sungai Klarangrang, Sungai Giyanti, Sungai Lemungsur, Sungai Srengseng, Sungai Tambak, Sungai Kretek, Sungai Gumelem, Sungai Mertelu, Sungai Gintung dan Sungai Kamal.

6. Perbukitan Silender
Perbukitan ini berada di perbatasan Kecamatan Alian dengan Kecamatan Poncowarno serta Kecamatan Padureso. Perbukitan ini berarah baratdaya - timurlaut sepanjang sekira 5,5 Km. Puncak-puncaknya antara lain Bukit Silender (Prabu), Dogleg, Lendersangan, Pringtutul, Munggang, Larawudu dan Merayang. Titik tertingginya di Bukit Silender (434 mdpl).

Perbukitan ini memiliki lereng landai di sisi barat dan luas yang dikenal dengan dataran tinggi Tlogowulung. Sedangkan sisi timur atau yang mengarah ke Kecamatan Poncowarno memiliki kemiringan terjal dan sempit. Sejumlah sungai yang berhulu di perbukitan ini antara lain Sungai Era,kembang, Sungai Kalituil, Sungai Tholang, Sungai Rahayu, Sungai Sendang, Sungai Geligir, Sungai Dogleg, Sungai Jembangan, Sungai Jetis, Sungai Tampuan, dan Sungai Lubangcondong.

7. Perbukitan Lawangawu
Perbukitan ini berada di perbatasan Kecamatan Sempor dengan Kecamatan Mandiraja dan Kecamatan Purwanegara di Kabupaten Banjarnegara. Perbukitan ini berarah baratlaut - tenggara sepanjang sekira 7,6 Km. Puncak-puncaknya antara lain Bukit Wuluh, Kewadungan, Lempuyang, Tulis, Sigandil, Sigentong, Gemawang, Silaung, Wadastintar dan Silengkong. Puncak tertingginya berada di Bukit Lempuyang (478 mdpl).

Perbukitan ini memiliki lereng yang landai dan luas ke sisi selatan atau Desa Donorojo Kecamatan Sempor dan landai juga ke sisi utara atau Kecamatan Mandiraja. Sejumlah sungai besar yang berhulu di perbukitan ini antara lain Sungai Kedungwringin, Sungai Kaliputih (Kalikumbang), Sungai Betakah, Sungai Lutung, Sungai Saka dan Sungai Petus.

8. Perbukitan Jemaka 
Perbukitan ini berada di perbatasan Kabupaten Kebumen dengan Kabupaten Banjarnegara. Di Kabupaten Kebumen, wilayah yang termasuk adalah sisi selatannya yakni Kecamatan Karanggayam dan sebagian kecil Kecamatan Sempor. Sementara di sisi utaranya termasuk Kecamatan Purwanegara dan Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara. Perbukitan ini berarah barat - timurlaut sepanjang sekira 11 Km.

Puncak-puncaknya antara lain Bukit Tugel, Pengadon, Jemaka Satu, Jemaka Dua, Srigunung, Igir Anjir, Prigi, Kayubima, Sikebo, Sigerem, Panjang, Kepetek, Semanda, Sembir dan Duren. Puncak tertingginya berada di Bukit Igir Anjir (532 mdpl). Perbukitan ini memiliki lereng yang cukup terjal terutama di Bukit Jemaka dan Igir Anjir. Sejumlah sungai besar yang berhulu di perbukitan ini antara lain Sungai Sapi, Sungai Kemit, Sungai Cacaban, Sungai Selogiri, Sungai Bayi, dan Sungai Lebakmenak.

8. Perbukitan Ginandong
Perbukitan ini berada di perbatasan Kecamatan Karanggayam (bagian timur) dengan Sempor (bagian barat). Perbukitan ini berarah barat-timur sepanjang lebih dari 6 Km. Puncak-puncaknya yaitu Bukit Mrica, Ginandong, Igir Kunir, Keseneng, Batok dan Igir Gepuk. Puncak tertingginya berada di Bukit Igir Kunir (420 mdpl). Sungai-sungai yang berhulu di perbukitan ini antara lain Sungai Pagebangan, Sungai Kedungtangkil, Sungai Kunir, Sungai Kepudang dan Sungai Kecepit.

10 Gunung dan Bukit Tertinggi di Kebumen


Bukit Paras (510  m/dpl) di Kecamatan Karangsambung
Setelah kemarin membahas tentang nama perbukitan yang ada di Kebumen secara ngawur. Kini, saya akan memberikan informasi  ngawur lagi tentang puncak tertinggi di Kabupaten Kebumen. Tapi sebelumnya saya ingin kasih tau bahwa elevasi tertinggi di Kabupaten Kebumen ada di bagian besar utara kecamatan Sadang yang memiliki ketinggian >600 m/dpl, dalam hal ini adalah desa Kedunggong. Sebuah desa terpencil di kaki Gunung Midangan yang memiliki ketinggian lebih dari 750 m/dpl.

1. Gunung Wonoharjo (680 Mdpl)
Gunung yang belum saya ketahui nama aslinya ini saya koreksi menjadi  gunung tertinggi di Kebumen. Gunung ini berada di desa Wonoharjo kecamatan Rowokele. Sementara kaki gunung sisi timur berada di desa Giyanti kecamatan Rowokele. Bagian utara desa ini rata-rata memiliki elevasi >600 m/dpl. Dusun terdekatnya adalah Dusun Temeteskambang di Desa Wonoharjo dan Dusun Kantong di Desa Giyanti. Gunung ini adalah hulu Sungai Kretek dan juga anak sungainya yakni Sungai Lemungsur.

2. Gunung Wadasputih (654 Mdpl)
Gunung ini berada di perbatasan Desa Sampang (Kecamatan Sempor) dengan Desa Wonoharjo (Kecamatan Rowokele) tepatnya di Perbukitan Bonang-Sampang. Gunung ini memiliki beberapa blok diantara Bukit Lemiring dan Bukir Blumbungan. Salah satu dusun terdekatnya adalah Dusun Semampir di Desa Sampang. Gunung ini menjadi hulu Sungai Ijo yang bermuara ke Pantai Longending. Selain Sungai Ijo, Sungai Sampang yang memasok air ke Waduk Sempor. Sisi timur Gunung ini sangat rawan longsor terutama rockfall. Diatas gunung ini konon juga terdapat gua yang cukup terlarang dikunjungi.

3. Gunung Wagirpandan (620 Mdpl)
Gunung ini berada di sisi paling utara desa Wagirpandan kecamatan Rowokele. Dusun terdekatnya adalah Dusun Karangwuni di sisi utara dan Dusun Lemungsur di selatan. Gunung ini adalah  hulu Sungai Srengseng yang merupakan anak Sungai Kretek dan juga Sungai Klangrang yang merupakan anak Sungai Ijo.

4. Bukit Blusdron (573 Mdpl)
Bukit ini terletak di perbatasan Desa Sadangkulon dengan Kabupaten Banjarnegara. Bukit ini menjadi salah satu hulu anak Sungai Lukulo yaitu Sungai Muncar. Hampir sekujur lahan di Bukit ini digunakan untuk lahan pinus milik Perhutani. Dusun terdekatnya adalah Dusun Srisip di Kabupaten Banjarnegara .

5. Bukit Banjaran (566 Mdpl)
Bukit ini terletak di perbatasan Desa Sadangkulon dengan Kabupaten Banjarnegara atau tepat di dekat Bukit Blusdron. Bukit ini menjadi salah satu hulu anak Sungai Muncar yaitu Sungai Jombret. Hampir sekujur lahan di Bukit ini digunakan untuk lahan pinus milik Perhutani. Dusun terdekatnya adalah Dusun Srengseng di Desa Seboro. 

6. Bukit Kruwet (551 Mpl)
Bukit ini terletak diantara desa Watulawang di kecamatan Pejagoan, Desa Kajoran di Kecamatan Karanggayam, dan desa Condongcampur di Kecamatan Sruweng. Bukit ini masih merupakan puncak tertinggi dari beberapa bukit lainnya di seperti Bukit Jatiwayang di sisi utara, dan Bukit Pranji di sisi tenggara. Dusun terdekat dengan Bukit ini adalah Dusun Condong di Desa Condongcampur, Cilampeng di Desa Kajoran dan Dusun Era di Desa Watulawang. Bukit ini merupakan hulu dari Sungai Kejawang/ Kejawen yang tak lain anak Sungai Telomoyo.


7. Bukit Indrakila (548 Mdpl)
Bukit ini berada di perbatasan Kabupaten Kebumen-Kabupaten Wonosobo. Bukit ini merupakan titik tertinggi dari perbukitan yang mengelilingi Dataran Tinggi Kalipuru, Desa Pujotirto, Kecamatan Karangsambung bagian timur. Gunung ini menjadi hulu Sungai Kalipuru/ Sungai Tekung. Dusun terdekatnya adalah Dusun Semawung di Kabupaten Wonosobo. Dari puncak bukit ini dapat dilihat Waduk Wadaslintang!

8. Bukit Igir Anjir (532 Mdpl)
Bukit ini berada di perbatasan Desa Glontor Kecamatan Karanggayam dengan Kabupaten Banjarnegara. Bukit ini mudah dijangkau karena dekat dengan perkampungan yaitu Dusun Sikebo di Desa Selogiri serta Dusun Kayubima yang berada di Kabupaten Banjarnegara. Lereng selatan Bukit Igir Anjir menjadi hulu anak Sungai Lukulo yaitu Sungai Cacaban. Selain itu juga merupakan hulu Sungai Kemit, salah satu sungai besar di Kebumen. Sementara di lereng utara dialiri Sungai Lebakmendak dan Sungai Pundungsewu yang merupakan anak Sungai Sapi di Kabupaten Banjarnegara.

9. Bukit Srisip (525 Mdpl)
Bukit Srisip terletak di perbatasan Desa Sadangkulon dengan Kabupaten Banjarnegara atau tepat di dekat Bukit Blusdron sebelah barat. Bukit ini sudah tidak asing karena di puncaknya nantinya akan dilalui oleh jalan raya penghubung Kabupaten Kebumen dengan Banjarnegara. Dusun terdekatnya adalah Dusun Srisip di Kabupaten Banjarnegara. Bukit ini menjadi salah satu hulu anak Sungai Lukulo yaitu Sungai Muncar dan Sungai Srisip yang merupakan anak Sungai Lokidang.

10. Bukit Kepudang (522 Mdpl)
Bukit Kepudang berada di Desa Kedunggong Kecamatan Sadang. Bukit Kepudang merupakan bukit yang berada di kaki Gunung Midangan. Dusun terdekatnya adalah Dusun Kepudang. Bukit ini mudah dijangkau karena dekat dengan jalan raya Kedunggong menuju Pesodongan di Kabupaten Wonosobo.

Namun bagi kalian warga Kebumen khususnya yang ingin naik ''gunung'' yang lebih tinggi langsung saja ke Gunung Midangan (1.043 Mdpl). Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Banjarnegara dengan Kabupaten Wonosobo, akan tetapi juga dekat dengan Desa Kedunggong di Kecamatan Sadang! Oke deh sekian dulu.....

10 Desa Tertinggi di Kabupaten Kebumen

Desa Gunungsari Kecamatan Karanggayam
Assalamu'alaikum gaes. Selamat pagi. Hari minggu yang galau karena sedari pagi buta langit terus turun hujan. Kali ini saya bakal ngawur2an lagi dengan 10 desa/pedesaan tertinggi yang ada di Kebumen. Elevasi ini diseleksi dari ketinggian rat-rat. Jadi bukan titik tertingginya.

1. Desa Kedunggong 
Desa di kecamatan Sadang bagian utara ini memiliki elevasi rata rata 511 m/dpl. Desa ini merupakan desa paling utara di Kebumen sekaligus berada di batas wilayah dengan Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Desa ini berada pada bagian Pegunungan Serayu Selatan. Desa ini sangat rawan pergerakan tanah.

2. Desa Wonoharjo
Desa di kecamatan Rowokele bagian utara ini memiliki elevasi rata rata 441 m/dpl. Desa ini berada pada bagian Pegunungan Serayu Selatan. Desa ini berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara di bagian utaranya. Desa Wonoharjo ini berada di kaki Gunung Wadasputih (654 m/dpl). Desa ini juga rawan pergerakan tanah.

3. Desa Pujotirto
Desa di kecamatan Karangsambung bagian Timur ini memiliki elevasi rata rata 433 m/dpl. Desa ini berbatasan dengan kabupaten Wonosobo di bagian timurnya. Di desa Pujotirto terdapat Bukit Indrakila (548 m/dpl) yang sangat cocok dijadikan spot untuk melihat Waduk Wadasintang.

4. Desa Watukelir
Desa di kecamatan Ayah ini memiliki elevasi rata rata 369 m/dpl. Desa ini berada pada bagian Pegunungan Karst Gombong Selatan. Desa Watukelir ini juga rawan pergerakan tanah karena bberap tahun lalu wilayah ini pernah dilanda tanah longsor massal. Desa Watukelir juga memiliki telaga karst yakni Telaga Blembeng.

5. Desa Wagirpandan
Desa di kecamatan Rowokele bagian utara ini memiliki elevasi rata rata 364 m/dpl. Desa Wagirpandan berada pada bagian Pegunungan Serayu Selatan. Desa ini berbatasan dengan kabupaten Banyumas di sebelah baratnya. Desa Wagirpandan juga rawan pergerakan tanah.

6. Desa Kalibangkang
Desa di kecamatan Ayah ini memiliki elevasi rata rata 331 m/dpl. Desa ini berada pada bagian daratran tinggi di Pegunungan Karst Gombong Selatan bersama dengan sejumlah desa lainnya. Desa Kalibangkang juga rawan pergerakan tanah.

7. Desa Pakuran
Desa di kecamatan Buayan ini memiliki elevasi rata rata 322 m/dpl. Desa ini berada pada bagian Pegunungan Karst Gombong Selatan. Desa Pakuran memiliki sebuah telaga karst ditengah Lembah Tando yang ajaib. Desa Pakuran juga rawan pergerakan tanah.

8. Desa Condongcampur
Desa di Kecamatan Sruweng bagian ujung utara ini memiliki elevasi rata-rata 322 m/dpl. Desa ini berada di bagian Perbukitan Pranji - Condong. Desa ini berada di bawah atau tepatnya sisi selatan Bukit Kruwet/ Krewed (551 m/dpl) yang juga rawan pergerakan tanah.

9. Desa Selogiri 
Desa di kecamatan Karanggayam bagian utara ini memiliki elevasi rata rata 322 m/dpl. Desa ini berada pada bagian Pegunungan Serayu Selatan. Desa Selogiri berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara di sebelah baratnya. Desa ini juga rawan pergerakan tanah

10. Desa Watulawang
Desa di kecamatan Pejagoan bagian utara ini memiliki elevasi rata rata 299 m/dpl. Desa ini berada pada bagian Perbukitan Pranji - Condong. Desa Watulawang juga rawan pergerakan tanah. Desa ini berada dibawah Bukit Kruwet (551 m/dpl) sehingga desa ini terkenal bagi mereka yang sudah pernah mendaki Bukit Pranji dan Kruwet.

Selesai gaessss, Wassalamu'alaikum.... :D #ngopi