Kamis, 26 November 2015

Daratan Kebumen Tak Imun Dari Gempa



Titik-titik pusat gempa 

Menjadi warga Kebumen dan Pulau Jawa serta Indonesia pada umumnya diharuskan hidup berdampingan dengan gempa bumi. Maka dari itu kita harus selalu waspada dan mengerti langkah antispasi saat terjadi gempa bumi. 

Saya pernah beberapa kali merasakan guncangan gempa bumi namun hanya bisa dihitung jari. Selain karena lupa,  memang frekuensi kejadian gempa bumi lebih sering saat saya sudah tidak di Pulau Jawa. Ya, saat ini saya kebetulan sedang bekerja di Kalimantan Timur. 

Beberapa kejadian gempa bumi yang pernah saya rasakan antara lain saat Gempa Bantul 2006, Gempa Pangandaran 2007, Gempa Indramayu 2007, Gempa Tasikmalaya 2009, dan Gempa Kebumen 2011. Nah saya akan cerita sedikit soal Gempa Kebumen 2011 yang terjadi dua kali yakni pada 5-6 Juni 2011. Berikut ini sedikit ulasan dari harian Suara Merdeka.

''Gempa pertama berkekuatan 3,7 SR berpusat 7.49 LS-109.68 BT, berada di darat 21 km timur laut Kebumen dengan kedalaman 10 kilometer, Minggu (5/6) pukul 21.02 WIB. Sedangkan gempa kedua berkekuatan 3,9 SR dengan pusat gempa 7.46 LS,109.66 BT atau 24 kilometer barat laut Kebumen dengan kedalaman 11 kilometer, Senin (6/6) pukul 02.11 dini hari.''

Pada saat itu saya tak lama setelah pulang dari Jakarta usai resign dari pekerjaan. Gempa pertama saya rasakan saat saya dan bapak saya sedang menonton TV di ruang tamu. Awalnya tidak begitu terasa namun lama-lama kaca jendela yang tepat disamping saya bergetar nyaring (kaca jendela rumah saya tidak terpasang kuat sehingga ada getaran kecil saja akan berbunyi).

Saya dan bapak sebelumnya tidak begitu yakin apakah itu gempa atau bukan karena getarannya lemah. Namun demikian kami tetap keluar rumah. Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah saat itu, mungkin karena mereka sudah terlelap tidur.

Setelah kejadian itu saya sempat membuka facebook menggunakan ponsel buka tutup jadul. Ternyata memang ada informasi gempa tersebut dari BMKG, dulu masih Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Karena rasa kantuk yang sangat, akhirnya saya memutuskan untuk pergi tidur. Sementara bapak masih menonton TV seorang diri.

Gempa kedua terjadi pukul 02.11 WIB dan kami sekeluarga sudah terlelap tidur. Getaran terasa tak jauh berbeda dengan gempa pertama namun memang sedikit lebih besar. Sekat rumah saya yg terbuat dari triplek berbunyi cukup nyaring dan jendela juga demikian.

Saya terbangun namun tidak sampai keluar rumah karena saya pikir tak akan besar gempanya. Namun terdengar bunyi bapak membuka pintu untuk keluar rumah. Tak lama sada sayup suara tetangga mengucapkan kata ''Lindu..... lindu......''. Lindu di daerah saya berarti gempa bumi. Hingga pada akhirnya gempa yang saya rasakan bergerak ke kanan kiri tersebut berhenti. Setelah suasana kembali tenang saya terlelap.

Nah, itu berarti kejadian gempa bumi di Kebumen ternyata tak melulu bersumber dari laut selatan. Karena dua gempa 2011 ini menjadi buktinya bahwa daratan Kebumen terutama bagian utara tak imun sebagai kandidat sumber gempa. Ditenggarai banyak patahan/ sesar/ fault tua yang bisa aktif di wilayah utara Kebumen tepat di perbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara. Tiga sesar yang entah masih aktif atau tidak di Kebumen yakni Patahan Kedungbener, Patahan Kedunglesung dan Patahan Karanggayam. Patahan Kedungbener inilah yang menurut beberapa sumber tepat melintas diatas desa saya.

Akibat kejadian gempa tersebut sebanyak 10 rumah serta masjid di wilayah Desa Seboro Kecamatan Sadang yang menjadi daerah dekat pusat gempa mengalami kerusakan namun tidak ada korban jiwa. Dan kemarin pada tanggal 21 November 2015 dua gempa meletup kembali di sekitar wilayah tersebut. Masing-masing berkekuatan 3,2 SR dan 3,4 SR. Namun kedua gempa yang bersumber di pegunungan utara Kebumen tersebut hanya dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Banjarnegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar