Kamis, 19 Maret 2015

Mengenal Makam Sabda Guna


KEBUMEN - Makam Sabda Guna terletak di Blok Kalisetra, Dusun Jerotengah, Desa Kalirancang Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen. Makam yang biasa disebut Stana Budha, Hastana Budha atau Istana Budha ini terletak diatas sebuah bukit. Namanya adalah Bukit Sikenap. Bukit Sikenap yang memiliki tinggi 120 meter diatas permukaan air laut yang merupakan rangkaian perbukitan di kaki Pegunungan Serayu Selatan.

Kembali ke Makam Sabda Guna, makam ini tak jelas asal-usulnya. Warga di sekitar makam sekalipun banyak tak tahu menahu tentang makam tersebut. Memang, hanya segelintir orang saja yang tau. Khusunya mereka yang sudah sepuh dan merupakan ''pemburu tempat spiritual''. Ada sumber mengatakan di makam ini tertulis tahun 1115 M! Konon makam tersebut merupakan makam keluarga Ki Margodan. 

Pemdes Kalirancang menyebut makam tersebut merupakan makam Wiryadikrama, Sabda Guna, Sempu Kerep, dan Dewi Kusumaningrum. Siapa mereka? Apakah mereka yang dimaksud sumber lain yang menyebut keluarga Ki Margodan? Saya belum menemukan hubungan antar keduanya. Sila yang mengetahu agar komentar dibawah ini.  Makam Sabda Guna ini terdiri dari dua makam (ga tau pasti). Disana juga terdapat sebuah mushola dan kemenyan dibakar yang terus menyala.

Di makam tersebut juga diyakini terdapat penunggu yang tak lain si empunya makam dan kudanya. Kuda? Ya, suara kuda sesekali terdengar di makam ini. Dan orang-orang terutama yang percaya meyakini apalagi orang tersebut merupakan orang yang hidup dimasa kerajaan yang khas dengan kuda sebagai kendaraannya. 

Selain Makam Sabda Guna sepanjang punggung Bukit Sikenap juga terdapat makam lainnya yang ''tercecer''. Total terdapat tiga blok makam yang terpisah-pisah. Satu dari blok makam tersebut hanya memiliki dua nisan. Dan semuanya berada di pinggir jalan tembus ke Dusun Kalikudu. Semua makam tersebut memiliki juru kunci (namun saya tidak mengetahuinya pasti).

Konon pada jaman dahulu banyak pengunjung wara-wiri ke makam ini. Mereka merupakan orang-orang luar daerah. Rumornya makam ini biasa ditempatkan sebagai tempat menggelar ritual untuk meminta sesuatu tertentu. Biasanya mereka adalah orang-orang yang hendak magang lurah, kades, bupati dan lain-lain. Jika berhasil mereka akan kembali dan membantu lingkungannya sebagai rasa syukur serta mengadakan selamatan dengan menenyembelih Ayam Jago berwarna putih polos. Mereka diketahui pernah menggelar wayang kulit yang juga dilaksakan di sekitar makam tersebut. 

Bahkan kabarnya semua pemugaran makam dari waktu ke waktu dilakukan oleh mereka yang pernah menggelar ritual di makam tersebut seperti bertapa dan lain sebagainya.  Dahulu makam ini dikenal sangat angker, adem dan teduh. Bayangkan saja makam ini dikelilingi pohon khas pemakaman, termasuk beringin yang besar-besar. Pagar pondasi untuk mengelilingi blok makam ini menggunakan tumpukan batu pasir putih persegi panjang yang rapih dan mulai menghitam. 

Kini setelah dipugar (oleh siapa kurang tau), makam tersebut terlihat lebih ramah dengan tampilan seperti rumah warga pada umumnya. Pagar makam berupa tembok dan besi. Cat dominan putih jadi terlihat terang. Dibawahnya kini terdapat sebuah kebun pisang. Dari jalan tembus ke Dusun Kalikudu terdapat sekitar 100 an lebih anak tangga.

Anak tangga ke Makam Sabda Guna
Beberapa waktu lalu seorang membangun anak tangga menuju makam menggunakan keramik dan diperlebar. Kita sebut saja Paijo. Warga tak tau dari mana asalnya Paijo. Ia membawa orang-orang kuli bangunan. Pembangunanyapun seperti biasa. Namun selama pembangunan tersebut si Paijo kabarnya tidak pergi kemana-mana atau pulang ke rumahnya. Ia berdiam dan tinggal juga tidur di makam itu. Hmmmmm, apa gak takut ya?

Khusus jalan yang membangun adalah pemerintah melalu PNPM Mandiri. Jalan tersebut dibangun kan karena makam tersebut tetapi sebagai akses warga Kalirancang Barat ke Timur. Itulah yang diketahui warga kelas rakyat jelata, tapi kemungkinan Pemdes mengetahuinya hehehhehe.

Di dekat tugu untuk menaiki tangga menuju Makam Sabda Guna terdapat sebuah 'paviliun' yang nampak seperti makam. Tempat tersebut belum lama ini juga ikut dipugar karena bagunannya yang dulu (masih bangunan kayu) nyaris terbakar seiring maraknya pembakaran hutan saat itu.

Usut punya usut tempat tersebut bukanlah makam. Lalu apa? Bapak saya mengatakan tempat tersebut adalah sebuah tempat beristirahat para penjaga raja. Aslinya tak ada benda/nisan atau apalah apalah di lokasi tersebut. Jadi ceritanya (menurut warga biasa) si raja-nya beristirahat diatas Bukit Sikenap dan penjaga-nya menunggu di tempat yang sempat dikira makam tersebut.

Paviliun yang dimaksud
Cerita itu cukup menarik karena ada kemiripan alur cerita yang dicatat Pemdes soal adanya punggawa raja Mataram yang memiliki penyakit kulit/gatal yang bertapa di makam diatas bukit Sikenap agar diberi pentunjuk penyembuhan penyakitnya. Dan akhirnya diberi petujuk mandi air di sumber air panas Krakal. Jadi kesimpulan versi cerita bapak saya, si raja yang dimaksud adalah punggawa raja Mataram.

Bapak bahkan mengatakan bahwa dahulunya paviliun tersebut hanya terdapat sesaji dan kemenyan belum berupa bangunan dan hanya tumpukan kecil batuan. Lalu kakek saya sering mengikuti mengumpulkan (membuang) batu di tempat tersebut hingga menumpuk. Jangan salah, kakek saya menumpuk batu di sekitar tempat tersebut bukan berniat membangun tempat tersebut. Kakek saya kebetulan mempunyai tanah/ lahan/ kebon dibelakang tempat atau 'paviliun' itu. Karena hendak mengolah lahan tersebut kakek mengumpulkan bebatuan yang khas berbentuk persegi itu disekitar tempat yang dikira makam itu. 

Meskipun berada di wilayahnya, penduduk sekitar emoh mengadakan ritual, bertapa dan lain sebagainya di kedua tempat tersebut. Namun sebagai penduduk yang baik, mereka tak berani sembarangan mengucapakan atau melakukan hal hal yang tidak baik di makam yang juga berada di belantara hutan itu. Makam ini kini menjadi Cagar Benda Budaya oleh Pemkab Kebumen.

Kejadian aneh

Selain harus sopan di sekitar makam (padahal di semua makam bahkan hutan juga harus demikian ya?). Beberapa kejadian 'aneh' terjadi, namun ini boleh percaya atau tidak karena ini hanya cerita kabar kabur yang tak jelas sumber individunya. Jadi gini.....

Salah seorang warga Dusun Kalikudu (Dusun di barat Makam) bermimpi ditemui seseorang yang memerintah untuk mengganti kelambu di Makam Sabda Guna (Semua makam di komplek Makam Sabda Guna terdapat kelambu putih). Orang di dalam mimpi itu mengatakan sebuah kalimat yaitu  ''Nyolong Nglambu''. Warga tersebut kemudian menuruti permintaan tersebut.

Ia mengganti kelambu dengan yang baru tapi ia juga mengambil yang lama. Kejadian aneh terjadi. Matanya buta (entah tiba-tiba atau selang beberapa waktu). Dari kejadian tersebut diketahui ternyata istilah ''Nyolong Nglambu'' bisa diartikan setalah menganti kelambu jangan ngambil/nyolong/mencuri kelabu yang lama. Mungkin karena tidak paham, arti kalimat itu dilanggarnya. 

Jalan tembus ke Dusun Kalikudu melintasi area makam Sabda Guna
Kemudian tentang tanah atau lahan yang ada di sekitar makam dan Bukit Sikenap. Uniknya tanaman pangan terutama palawija sulit ditanam di tempat ini. Sehingga hanya digunakan sebagai tanaman kayu keras, semak dan pandan-pandanan. Positive thinking, mungkin tanah disini didominasi oleh jenis tanah yang kurang subur.

Selian itu konon, tanah di sekitar tempat ini tidak bisa digarap atau diolah oleh orang yang bukan keturunan asli si pemiliki lahan.  Misalkan tanah kakek saya sehingga yang harus mengolah ya bapak saya atau saya atau nanti anak saya dan seterusnya. Sehingga tanah di tempat itu susah sekali dijual atau berpindah tangan. Dalam hal ini yang dimaksud 'tidak bisa mengolah'. Heran ya....

Lepas dari Makam Sabda Guna, Bukit Sikenap adalah tempat yang cukup nyaman dikunjungi.  Pemandanga khas pedesaan dan rangkaian Pegunungan Serayu Selatan dari atas bukit menjadi pemanja mata. Jalan menuju lokasi ini harus menanjak ekstrem dengan kanan kiri merupakan jurang dan lembah bisa dijangkau dengan kendaraan R2 dan hanya muat satu badan R4.

TAMAT.................................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar