Selasa, 31 Maret 2015

Susahnya Menjangkau Air Terjun Berambai

Air terjun Berambai
Selamat pagi, siang, malam, sore atau apalah anda kapan membaca tulisan ini. Hari ini saya sudah rampung bekerja. Sambin nonton sepak bola saya berfikir untuk menulis kisah perjalanan saya ke Air Terjun Berambai. Sebenarnya saya tak ada niat untuk menulisnya, tetapi entah kenapa saya selalu kepikiran dengan air terjun itu. Pasalnya ada banyak kesan yang saya dapat selama menuju ataupun pulang dari Air Terjun Berambai.

Okelah, perjalanan saya mulai dari kediaman saya di Perum Sambutan. Bersama teman saya, kenekatan saya kembali muncul setelah banyak teman-teman di Samarinda memposting photo Air Terjun Berambai di akun instagram mereka. Penasaran, saya pun akan mengunjunginya. Seperti biasa saya selalu tidak tau persis tujuan saya. Apalagi saya bukanlah orang Samarinda. Berbekal nama desa atau dusun yakni Berambai di Sempaja Utara saya langsung tancap gas ke TKP.

Saat mencoba membuka google map, alih-alaih memperjelas tujuan berharap memberi bantuan rute, ternyata eh ternyata nama Berambai tak terdaftar di sejarah Google Map. Disitu hanya ada Sempaja Utara yang bisa ditampilkan yang ternyata itu adalah nama sebuah Desa. Kenekatan berlanjut, saya menuju ke arah Sempaja Utara dari perkotaan berubah menjadi perkampungan. Selepas perumahan ''Solong'' perkampungan mulai mereda. Jalan yang mulus berubah menjadi jalan berlubang, amblas, jalan berliku dan jalan menanjak. Suasana berubah menjadi hutan-hutan belantara khas pedalam Kalimantan.

Jalan yang buruk membuat mood saya sedikit terganggu saat itu. Bagaimana tidak, nyaris setiap 500 meter jalan rusak parah dan amblas (Pakdhe Jokowi ndang dibeneri iki pedalamane). Semakin ke pedalaman, jalan ''poros'' itu semakin rusak tak berbentuk. Aspal mengelupas dan pembangunan jalan yang belum jadi menyisakan kerikil juga debu di sepanjang jalan raya. Jarak yang ditempuh sudah lumayan jauh. Dengan berkendara sepeda motor selama hampir 1,5 jam saya berusaha menjangkau tujuan saya. 

Karena belum tahu lokasi tepatnya, saya sempat hampir putus asa dan ragu. Dalam hati ''adoh temen sih, ora tekan-tekan'' (Jauh betul sih kada sampai-sampai). Hal tersebut karena saya merasa perjalanan saya sudah sangat jauh dan suasana sudah jarang sekali kehidupan manusia. Usaha untuk membuka google map kembali gagal, tak ada sinyal disini. Daripada tersesat, saya beranikan empat kali menanyakan kepada warga setempat dimana lokasi Air Terjun Berambai. 

''Terus saja'', kata perempuan paruh baya dipinggir jalan.


Jawabanya mengantarkan saya makin ke pedalaman, jalanan naik turun, tetapi pemandangan cukup indah karena kita bisa melihat sebagian wilayah Samarinda kota. Lagi-lagi rasa putus asa saya kembali mencuat. Di sebuah turunan saya mencoba kembali bertanya kepada warga yang sedang berkumpul di depan rumah. Namun kali ini saya merasa sedikit kecewa. Pasalnya warga yang saya tanyai tak mau berbicara, dengan raut wajah yang kurang mengenakan ia hanya menunjuk-nunjuk arah ke Air terjun Berambai. Apa mungkin muka saya seperti penjahat hahahhahah


Jawaban yang sangat tidak puas ditengah keputus asa-an saya. Tak seperti biasanya 'trip' saya seperti ini. Padahal saya biasanya selalu semangat menemuka tempat tempat baru dalam hidup saya. Meninggalkan segerombolan ibu tadi, saya memutuskan untuk jalan terus sembari kembali bertanya kepada warga yang ada di pinggir jalan untuk memastikan perjalanan saya ini betul ke arah Air Terjun Berambai. Pasalnya tak ada petunjuk di sepanjang jalan. Menyesatkan ya hahhaaha....

Hingga akhirnya saya menemukan sebuah papan nama di pinggir jalan. Dari ''modelnya'' papan besi ini buatan Pemkot Samarinda. Didekatnya terdapat satu rumah. Sementara jalan raya terus menyambung entah sampai mana. Saya turun dan mendapati tempat parkir yang luas dengan banyak sepeda motor. Tapi lucunya tak ada loket penjualan tiket atau parkir. Pintu masuk kendaraan hanya menggunakan ''tali tambang'' menyeladang, itupun tak ada yang menjaga. Kemudian saya putuskan untuk masuk saja menerobos tali tambang lalu memarkirkan sepeda motor. Dari parkiran tersebut, saya harus berjalan sekira 100 meter ke dalam pinggiran hutan. Tak ada tanda-tanda keberadaan air terjun saat itu.

Mengikuti jalan setapak, saya melewati jembatan di atas aliran sungai kecil yang jernih kemerahan. Tak lama setelahnya saya mulai mendengar gemerujug suara air terjun. Saya kemudian bergegas mencari sumber suara tersebut dengan mengikuti jalan setapak yang tersedia. Dengan mengikuti jalan sekaligus memantau rute aliran air sungai kutemui juga Air Terjun Berambai itu. Air Terjun Berambai tak lain berada di aliran sungai yang saya lewati tadi. Air Terjun Berambai memiliki ketinggian sekira 10 meter dengan formasi layaknya air terjun pada umumnya, tapi kali ini debit airnya kecil. Hal tersebut dikarena sudah beberapa hari ini Kota Samarinda tak diguyur hujan.

Sedikit kecewa  memang setelah melihat Air Terjun Berambai. Air Terjun Berambai ini termasuk sangat alami karena tak ada fasilitas apapaun disana, meski demikian banyak sampah yang tercecer di lokasi. Air terjun Berambai memiliki kolam dibawahnya yang bisa untuk mandi dan berenang. Disini juga banyak terdapat bebatuan hitam mengkilap. Air terjun Berambai cukup teduh dan sejuk karena dikelilingi pohon yang rindang. Tempat ini memang sudah umum dikunjungi wisatawan maupun remaja remaja untuk berkemah. Saya merasa tak ada kesan yang indah dengan Air Terjun Berambai karena debit air-nya yang kecil sehingga tak sedap dipandang mata saat saya kesana. 

Tiba-tiba saja keanehan mencuat, ''Kemana orang-orang pemilik motor di parkiran?''. Saya bergumam sendiri karena tak ada seorangpun di air terjun tersebut kecuali saya dan teman saya. Jika dilihat dari kendaraan di tempat parkir setidaknya ada 20 orang disini. Sembari bergumam, saya ingat beberapa waktu lalu saat membuka google bahwa disini tak hanya ada satu air terjun, tetapi dua. Ya, mungkin mereka sedang berada di air terjun yang satunya lagi. Jika dilihat di internet (google) air terjun tersebut masih lebih alami dan terjaga. 

Karena tak bisa menikmati air terjun dengan puas bahkan untuk memotret pun saya tidak semangat, saya putukan untuk pulang. Namun demikian di perjalanan kali ini saya terkesan karena saya dapat melihat hutan Kalimantan, sebuah hutan hujan tropis yang lebat dan rapat. Kemudian bertemu dengan orang lokal yang notabene saya adalah orang Jawa. Selain itu saya juga dapat mengetahui dan melihat betapa pembangunan di negeri ini belum merata. Saya melihat ada perbedaan sangat mencolok antara Samarinda yang di kota dengan yang ada di Sempaja Utara ini.

Inilah tugas sang walikota agar tak terfokus ke wilayah perkotaannya saja. Hal tersebut cukup berbeda dengan di Kebumen, kampung halaman saya. Kondisi di perkotaan dan pedesaan/ pedalaman tak jauh berbeda mencolok. Memang, Kebumen hanya kota kecil dan Samarinda adalah ibukota Provinsi. Sekembalinya ke rumah, anda harus tahu bahwa pantat saya tambah tepos hahha. Jalan yang rusak membuat tubuh serasa dikocok-kocok, untung ginjalnya gak copot hahahha.

Bagi kalian yang ingin menuju Air Terjun Berambai saya pasti akan kesusahan mencari alamat pasti tempat ini. membuka internet pun tak akan banyak membantu kalaian menemukan Air Terjun Berambai. Nah, disini saya akan memberikan informasi pasti dan valid nya untuk kalian dan juga tips. Terima kasih sudah membaca. Semoga membantu.

Air Terjun Berambai terdapat di Dusun Berambai, Desa Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Total jarak yang ditempuh sejauh sekira 30 Km dari pusat Kota Samarinda. Karena kondisi jalan yang rusak perjalanan bisa ditempuh selama (maksimal) 1,5 Jam. Usahakan kendaraan prima dan kalian lihai mengendarai kendaraan. Jangan lupa bawalah makanan, minuman, tas kresek untuk tempat sampah, gedget dan kamera. Untuk menikmati secara maksimal, datanglah saat musim penghujan meski jalan ke lokasi akan becek. Untuk lokasi tepatnya sila ketik nama Air Terjun Berambai pada google map di Smartphone kamu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar